Guru PAUD Jadi Pelatih Koding, AI, Inilah Penjelasannya
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan program pelatihan calon pelatih pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan fokus pada berpikir komputasional. Program ini dilaksanakan di Kudus, Jawa Tengah, dan dibuka bagi 15 provinsi di Indonesia.
Direktur Guru PAUD dan Pendidikan Non-Formal (PNF), Suparto, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk mendorong pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial (KKA) di tingkat dasar. "Pembelajaran koding dan AI bukan sekedar tren, melainkan kebutuhan mendasar dalam menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan," katanya.
Pelatihan ini dilaksanakan selama lima hari, mulai dari Senin sampai Jumat. Puluhan calon pelatih PAUD dari 15 provinsi di Indonesia hadir untuk mengikuti program ini. Delapan guru PAUD dari Kabupaten Kudus dan Sumbawa Barat juga diundang untuk menjadi pelatih.
Suparto menyampaikan bahwa penyusunan panduan dan materi pelatihan didampingi Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (BAN PDM) serta Tim Bebras Indonesia. Sejak 2023, lebih dari 700 guru dan kepala sekolah dari 211 satuan PAUD di Kudus dan 135 guru dari 29 satuan PAUD di Sumbawa Barat telah mengintegrasikan metode berpikir komputasional dalam pembelajaran harian.
Bupati Kudus, Sam'ani Intakoris, mengapresiasi inisiatif ini sebagai kolaborasi penting antara pemerintah dan sektor swasta. "Kerjasama ini sangat baik antara Kemendikdasmen, Pusat Belajar Guru Kudus, Djarum Foundation, Amman Mineral, dan Inspirasi Foundation. Semoga menjadi program berkelanjutan," katanya.
Deputy Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Felicia Hanitio, menjelaskan bahwa berpikir komputasional bukanlah kurikulum baru, melainkan cara berpikir terstruktur yang dapat diterapkan dalam aktivitas sederhana anak-anak. "Yang membedakan hanyalah cara guru memberikan contoh dan pertanyaan pemantik untuk membangun pola pikir anak," jelas Felicia.
Sementara itu, Vice President Social Impact PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Priyo Pramono, menilai berpikir komputasional sebagai fondasi penting menuju Indonesia Emas 2045. "Potensinya semakin besar jika ditanamkan sejak dini. Dengan kolaborasi berbagai pihak, langkah ini bisa mempercepat lahirnya generasi yang siap bersaing," ujarnya.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan program pelatihan calon pelatih pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan fokus pada berpikir komputasional. Program ini dilaksanakan di Kudus, Jawa Tengah, dan dibuka bagi 15 provinsi di Indonesia.
Direktur Guru PAUD dan Pendidikan Non-Formal (PNF), Suparto, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk mendorong pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial (KKA) di tingkat dasar. "Pembelajaran koding dan AI bukan sekedar tren, melainkan kebutuhan mendasar dalam menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan," katanya.
Pelatihan ini dilaksanakan selama lima hari, mulai dari Senin sampai Jumat. Puluhan calon pelatih PAUD dari 15 provinsi di Indonesia hadir untuk mengikuti program ini. Delapan guru PAUD dari Kabupaten Kudus dan Sumbawa Barat juga diundang untuk menjadi pelatih.
Suparto menyampaikan bahwa penyusunan panduan dan materi pelatihan didampingi Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (BAN PDM) serta Tim Bebras Indonesia. Sejak 2023, lebih dari 700 guru dan kepala sekolah dari 211 satuan PAUD di Kudus dan 135 guru dari 29 satuan PAUD di Sumbawa Barat telah mengintegrasikan metode berpikir komputasional dalam pembelajaran harian.
Bupati Kudus, Sam'ani Intakoris, mengapresiasi inisiatif ini sebagai kolaborasi penting antara pemerintah dan sektor swasta. "Kerjasama ini sangat baik antara Kemendikdasmen, Pusat Belajar Guru Kudus, Djarum Foundation, Amman Mineral, dan Inspirasi Foundation. Semoga menjadi program berkelanjutan," katanya.
Deputy Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Felicia Hanitio, menjelaskan bahwa berpikir komputasional bukanlah kurikulum baru, melainkan cara berpikir terstruktur yang dapat diterapkan dalam aktivitas sederhana anak-anak. "Yang membedakan hanyalah cara guru memberikan contoh dan pertanyaan pemantik untuk membangun pola pikir anak," jelas Felicia.
Sementara itu, Vice President Social Impact PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Priyo Pramono, menilai berpikir komputasional sebagai fondasi penting menuju Indonesia Emas 2045. "Potensinya semakin besar jika ditanamkan sejak dini. Dengan kolaborasi berbagai pihak, langkah ini bisa mempercepat lahirnya generasi yang siap bersaing," ujarnya.