Gunung Berapi Taftan Tandai Kebangkitannya Setelah 700.000 Tahun Kehilangan Aktivitasnya, Warga Iran Menjauhkan Rumah-Rumahan dari Puncaknya
Di tengah kawasan pegunungan Iran, gunung berapi stratovolkano Taftan telah menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya setelah 710.000 tahun tidak aktif. Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters, permukaan tanah di sekitar puncak Taftan mengalami kenaikan sekitar 3,5 inci dalam kurun waktu 10 bulan. Kenaikan ini diduga disebabkan oleh peningkatan tekanan gas di bawah permukaan gunung.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem vulkanik di bawah Taftan masih aktif dan memerlukan pengawasan yang lebih intensif. Gunung berapi ini memiliki sistem hidrotermal aktif dan lubang-lubang penghasil sulfur berbau, tetapi letusannya belum diketahui dalam sejarah manusia.
Pada tahun 2020, mahasiswa doktoral Mohammadhossein Mohammadnia tidak melihat bukti adanya aktivitas gunung berapi tersebut. Namun, pada tahun 2023, orang-orang mulai melaporkan emisi gas dari gunung berapi tersebut di media sosial. Emisi tersebut dapat tercium dari kota Khash yang berjarak sekitar 31 mil.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Taftan mungkin lebih tepat disebut sebagai gunung berapi dorman, karena aktivitasnya baru-baru ini dan tidak ada alasan untuk khawatir akan letusan yang akan segera terjadi. Namun, para peneliti mengesampingkan faktor eksternal seperti gempa bumi atau curah hujan di dekatnya.
"Studi ini tidak bertujuan untuk menimbulkan kepanikan di masyarakat. Studi ini merupakan seruan bagi pihak berwenang di kawasan Iran untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya guna meninjau hal ini," papar Pablo González, penulis utama studi tersebut.
Tanda-tanda kebangkitan Taftan ini memang perlu diperhatikan, karena aktivitas kelompok pemberontak dan konflik perbatasan antara Iran dan Pakistan di wilayah tersebut juga membuat warga menjauhkan rumah-rumah dari puncak gunung.
Di tengah kawasan pegunungan Iran, gunung berapi stratovolkano Taftan telah menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya setelah 710.000 tahun tidak aktif. Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters, permukaan tanah di sekitar puncak Taftan mengalami kenaikan sekitar 3,5 inci dalam kurun waktu 10 bulan. Kenaikan ini diduga disebabkan oleh peningkatan tekanan gas di bawah permukaan gunung.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem vulkanik di bawah Taftan masih aktif dan memerlukan pengawasan yang lebih intensif. Gunung berapi ini memiliki sistem hidrotermal aktif dan lubang-lubang penghasil sulfur berbau, tetapi letusannya belum diketahui dalam sejarah manusia.
Pada tahun 2020, mahasiswa doktoral Mohammadhossein Mohammadnia tidak melihat bukti adanya aktivitas gunung berapi tersebut. Namun, pada tahun 2023, orang-orang mulai melaporkan emisi gas dari gunung berapi tersebut di media sosial. Emisi tersebut dapat tercium dari kota Khash yang berjarak sekitar 31 mil.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Taftan mungkin lebih tepat disebut sebagai gunung berapi dorman, karena aktivitasnya baru-baru ini dan tidak ada alasan untuk khawatir akan letusan yang akan segera terjadi. Namun, para peneliti mengesampingkan faktor eksternal seperti gempa bumi atau curah hujan di dekatnya.
"Studi ini tidak bertujuan untuk menimbulkan kepanikan di masyarakat. Studi ini merupakan seruan bagi pihak berwenang di kawasan Iran untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya guna meninjau hal ini," papar Pablo González, penulis utama studi tersebut.
Tanda-tanda kebangkitan Taftan ini memang perlu diperhatikan, karena aktivitas kelompok pemberontak dan konflik perbatasan antara Iran dan Pakistan di wilayah tersebut juga membuat warga menjauhkan rumah-rumah dari puncak gunung.