Krisis di Gaza Terancang Mengejutkan, Israel Melontarkan Ancaman Baru
Mengenai perang di Gaza yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, kemungkinan bahwa gencatan senjata akan terjadi segera tampak tidak mungkin lagi. Sebaliknya, tindakan tiba-tunggal Israel melontarkan ancaman baru bagi Hamas dan pemerintah Palestina.
Menurut sumber-sumber dekat dengan pemerintah Israel, dalam rapat terbatas yang diadakan pada hari ini, jenderal-jenderal Israel memutuskan untuk meninggalkan prinsip-prinsip dasar gencatan senjata lama. Pada mulanya, itu mengejutkan banyak orang, tetapi sekarang tampak bahwa langkah ini diambil dengan sengaja.
Analisis dari ahli-ahli keamanan mengatakan bahwa langkah ini berisiko besar bagi stabilitas di wilayah tersebut. Dengan meninggalkan prinsip-prinsip dasar gencatan senjata, Israel secara de facto memberikan izin kepada Hamas untuk melancarkan serangan tanpa takut dipertahankan.
"Langkah ini sangat mengejutkan," kata Dr. Husin Ali, ahli keamanan internasional dari Universitas California. "Jika Israel benar-benar meninggalkan prinsip-prinsip dasar gencatan senjata, itu berarti bahwa mereka memberikan izin kepada Hamas untuk melakukan serangan tanpa hambatan."
Menurut sumber-sumber dekat dengan pemerintah Palestina, Israel telah meminta Hamas untuk menyerah dan menerima keadaan baru yang disepakati bersama. Namun, Hamas secara total menolak permintaan tersebut.
"Hamas tidak akan pernah menyerah," kata salah satu sumber yang berbicara dengan rahasia. "Mereka telah mempersiapkan diri untuk melancarkan serangan besar-besaran dan tidak ada yang dapat menghentikan mereka."
Krisis di Gaza telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan banyak orang kecewa dengan kesenjangan yang terus-menerus di antara kedua belah pihak. Dengan langkah yang diambil oleh Israel sekarang, banyak orang khawatir bahwa situasi hanya akan semakin buruk.
"Kami sangat khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya," kata seorang aktivis yang mendukung kelompok Palestina. "Kita harap bahwa gencatan senjata dapat dipertahankan dan kedamaian dapat kembali ke wilayah tersebut."
Mengenai perang di Gaza yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, kemungkinan bahwa gencatan senjata akan terjadi segera tampak tidak mungkin lagi. Sebaliknya, tindakan tiba-tunggal Israel melontarkan ancaman baru bagi Hamas dan pemerintah Palestina.
Menurut sumber-sumber dekat dengan pemerintah Israel, dalam rapat terbatas yang diadakan pada hari ini, jenderal-jenderal Israel memutuskan untuk meninggalkan prinsip-prinsip dasar gencatan senjata lama. Pada mulanya, itu mengejutkan banyak orang, tetapi sekarang tampak bahwa langkah ini diambil dengan sengaja.
Analisis dari ahli-ahli keamanan mengatakan bahwa langkah ini berisiko besar bagi stabilitas di wilayah tersebut. Dengan meninggalkan prinsip-prinsip dasar gencatan senjata, Israel secara de facto memberikan izin kepada Hamas untuk melancarkan serangan tanpa takut dipertahankan.
"Langkah ini sangat mengejutkan," kata Dr. Husin Ali, ahli keamanan internasional dari Universitas California. "Jika Israel benar-benar meninggalkan prinsip-prinsip dasar gencatan senjata, itu berarti bahwa mereka memberikan izin kepada Hamas untuk melakukan serangan tanpa hambatan."
Menurut sumber-sumber dekat dengan pemerintah Palestina, Israel telah meminta Hamas untuk menyerah dan menerima keadaan baru yang disepakati bersama. Namun, Hamas secara total menolak permintaan tersebut.
"Hamas tidak akan pernah menyerah," kata salah satu sumber yang berbicara dengan rahasia. "Mereka telah mempersiapkan diri untuk melancarkan serangan besar-besaran dan tidak ada yang dapat menghentikan mereka."
Krisis di Gaza telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan banyak orang kecewa dengan kesenjangan yang terus-menerus di antara kedua belah pihak. Dengan langkah yang diambil oleh Israel sekarang, banyak orang khawatir bahwa situasi hanya akan semakin buruk.
"Kami sangat khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya," kata seorang aktivis yang mendukung kelompok Palestina. "Kita harap bahwa gencatan senjata dapat dipertahankan dan kedamaian dapat kembali ke wilayah tersebut."