Pulau Papua, yang sering dikaitkan dengan cadangan emas, ternyata menyimpan potensi besar di sektor minyak dan gas (migas). Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Laode Sulaeman, Pulau Papua dan Papua Barat memiliki cadangan gas bumi terbesar kedua di Indonesia, dengan total potensi mencapai 10.258 Billon Standar Kaki Kubik (BSCF) dari total cadangan gas RI sebesar 55.850 BSCF.
Dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI, Laode memaparkan data tahun 2025 ini mencapai 55.850 BSCF cadangan gas yang tersebar di beberapa wilayah dengan potensi signifikan di beberapa wilayah utama seperti Pulau Kalimantan sebesar 11.587 BSCF dan Pulau Papua sebesar 10.258 BSCF.
Kegiatan hulu migas di wilayah Papua Barat didukung oleh sejumlah wilayah kerja (WK) eksploitasi yang berperan penting dalam menjaga pasokan energi nasional. Beberapa WK eksploitasi tersebut antara lain yakni Berau, Muturi, Wiriagar, serta Pertamina EP di lapangan Sorong dan unitisasi Wakamuk.
Hingga 31 Oktober 2025 kegiatan produksi gas di wilayah Papua Barat berasal dari dua wilayah kerja yaitu Pertamina EP lapangan Papua serta WK Berau dengan rata-rata produksi 470 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), Muturi dan Wiriagar dengan rata-rata produksi sebesar 1.986 MMSCFD.
Sementara itu, untuk produksi minyak bumi dan kondensat berasal dari beberapa wilayah kerja, yakni Pertamina EP Lapangan Unitisasi Wakamuk dengan rata-rata produksi 31 barel per hari (bph), Pertamina EP Lapangan Sorong sebesar 814 bph, serta WK Berau, Muturi, dan Wiriagar dengan produksi rata-rata 7.636 bph.
Laode Sulaeman juga menekankan pentingnya kegiatan hulu migas di wilayah Papua Barat dalam menjaga pasokan energi nasional.
Dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI, Laode memaparkan data tahun 2025 ini mencapai 55.850 BSCF cadangan gas yang tersebar di beberapa wilayah dengan potensi signifikan di beberapa wilayah utama seperti Pulau Kalimantan sebesar 11.587 BSCF dan Pulau Papua sebesar 10.258 BSCF.
Kegiatan hulu migas di wilayah Papua Barat didukung oleh sejumlah wilayah kerja (WK) eksploitasi yang berperan penting dalam menjaga pasokan energi nasional. Beberapa WK eksploitasi tersebut antara lain yakni Berau, Muturi, Wiriagar, serta Pertamina EP di lapangan Sorong dan unitisasi Wakamuk.
Hingga 31 Oktober 2025 kegiatan produksi gas di wilayah Papua Barat berasal dari dua wilayah kerja yaitu Pertamina EP lapangan Papua serta WK Berau dengan rata-rata produksi 470 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), Muturi dan Wiriagar dengan rata-rata produksi sebesar 1.986 MMSCFD.
Sementara itu, untuk produksi minyak bumi dan kondensat berasal dari beberapa wilayah kerja, yakni Pertamina EP Lapangan Unitisasi Wakamuk dengan rata-rata produksi 31 barel per hari (bph), Pertamina EP Lapangan Sorong sebesar 814 bph, serta WK Berau, Muturi, dan Wiriagar dengan produksi rata-rata 7.636 bph.
Laode Sulaeman juga menekankan pentingnya kegiatan hulu migas di wilayah Papua Barat dalam menjaga pasokan energi nasional.