pixeltembok
New member
**TEKNOLOGI DRONE REVOLUSIONER PERTANIAN DI BUKIT BIRU**
Pada masa lalu, petani di Bukit Biru harus berjuang untuk mencapai hasil panen yang memadai. Namun, sejak teknologi drone diterapkan di daerah ini, produktivitas padi telah meningkat secara signifikan.
Menurut data, rata-rata hasil panen padi sebelumnya hanya 3,6 ton per hektare. Namun, setelah menggunakan teknologi drone, jumlah itu meningkat menjadi lebih dari 6 ton per hektare. Angka tersebut menunjukkan dampak positif yang signifikan dari penggunaan teknologi ini.
"Saya sangat mengapresiasi program ini," kata Plt Lurah Bukit Biru, Sudiyarso. "Produksi padi warga meningkat signifikan. Ini langkah awal yang menjanjikan untuk menciptakan swasembada pangan jika diterapkan lebih luas."
Peningkatan hasil panen ini menjadi kabar baik bagi petani di daerah transmigrasi yang bergantung pada pertanian. Teknologi drone tidak hanya membantu mempercepat proses pemupukan dan penyemprotan, tetapi juga mengurangi beban tenaga kerja di lapangan.
Sudiyarso berharap keberhasilan ini menjadi dorongan bagi petani lain untuk membuka diri terhadap teknologi baru. "Inovasi seperti ini mampu membangkitkan semangat petani untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas hasil pertanian mereka," katanya.
Penerapan teknologi ini juga mendapat perhatian dari pemerintah provinsi. Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, bersama Bupati Kutai Kartanegara, dr. Aulia Rahman Basri, pernah meninjau langsung panen padi di Bukit Biru.
Dalam kesempatan itu, Seno Aji menilai bahwa penggunaan drone dan sistem pertanian berkelanjutan seperti LEISA merupakan langkah penting menuju kemandirian pangan di Kalimantan Timur. "Teknologi ini adalah kunci untuk mewujudkan kemandirian pangan di Kaltim," katanya.
Dengan teknologi ini, produktivitas panen di Kukar yang memiliki 13.000 hektar lahan sawah aktif dapat mencapai enam ton per hektare. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa teknologi drone dapat menjadi solusi bagi masalah pertanian di daerah-daerah yang terisolasi dan bergantung pada pertanian.
Pada masa lalu, petani di Bukit Biru harus berjuang untuk mencapai hasil panen yang memadai. Namun, sejak teknologi drone diterapkan di daerah ini, produktivitas padi telah meningkat secara signifikan.
Menurut data, rata-rata hasil panen padi sebelumnya hanya 3,6 ton per hektare. Namun, setelah menggunakan teknologi drone, jumlah itu meningkat menjadi lebih dari 6 ton per hektare. Angka tersebut menunjukkan dampak positif yang signifikan dari penggunaan teknologi ini.
"Saya sangat mengapresiasi program ini," kata Plt Lurah Bukit Biru, Sudiyarso. "Produksi padi warga meningkat signifikan. Ini langkah awal yang menjanjikan untuk menciptakan swasembada pangan jika diterapkan lebih luas."
Peningkatan hasil panen ini menjadi kabar baik bagi petani di daerah transmigrasi yang bergantung pada pertanian. Teknologi drone tidak hanya membantu mempercepat proses pemupukan dan penyemprotan, tetapi juga mengurangi beban tenaga kerja di lapangan.
Sudiyarso berharap keberhasilan ini menjadi dorongan bagi petani lain untuk membuka diri terhadap teknologi baru. "Inovasi seperti ini mampu membangkitkan semangat petani untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas hasil pertanian mereka," katanya.
Penerapan teknologi ini juga mendapat perhatian dari pemerintah provinsi. Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, bersama Bupati Kutai Kartanegara, dr. Aulia Rahman Basri, pernah meninjau langsung panen padi di Bukit Biru.
Dalam kesempatan itu, Seno Aji menilai bahwa penggunaan drone dan sistem pertanian berkelanjutan seperti LEISA merupakan langkah penting menuju kemandirian pangan di Kalimantan Timur. "Teknologi ini adalah kunci untuk mewujudkan kemandirian pangan di Kaltim," katanya.
Dengan teknologi ini, produktivitas panen di Kukar yang memiliki 13.000 hektar lahan sawah aktif dapat mencapai enam ton per hektare. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa teknologi drone dapat menjadi solusi bagi masalah pertanian di daerah-daerah yang terisolasi dan bergantung pada pertanian.