Densus 88 Antiteror mengungkapkan bahwa 110 anak teridentifikasi direkrut kelompok radikal. Anak-anak ini terpapar melalui rekrutmen yang dilakukan lewat ruang digital, seperti game online dan media sosial.
Sekembalinya dari penahanan, beberapa tersangka tersebut coba merekrut anak-anak kembali. Densus 88 juga menemukan empat pelaku baru dalam hal perekrutan kelompok terorisme. Salah satu di antaranya berkeinginan untuk melakukan aksi di Gedung DPR RI.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Margaret Aliyatul Maimunah, menyarankan kepada para orang tua agar aktif mengecek aktivitas media sosial anak. "Pengawasan orang tua harus dilakukan lewat komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak," kata dia.
Margaret juga menekankan pentingnya memeriksa ponsel maupun media sosial anak sebagai deteksi dini untuk mengetahui kondisi anak dalam dunia mayanya. "Orang tua perlu sewaktu-waktu melakukan sidak terkait dengan HP atau gadget atau media sosial anak," kata dia.
Dengan demikian, Densus 88 Antiteror terus meningkatkan upaya penegakan hukum untuk melindungi anak dari rekrutmen kelompok radikal.
Sekembalinya dari penahanan, beberapa tersangka tersebut coba merekrut anak-anak kembali. Densus 88 juga menemukan empat pelaku baru dalam hal perekrutan kelompok terorisme. Salah satu di antaranya berkeinginan untuk melakukan aksi di Gedung DPR RI.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Margaret Aliyatul Maimunah, menyarankan kepada para orang tua agar aktif mengecek aktivitas media sosial anak. "Pengawasan orang tua harus dilakukan lewat komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak," kata dia.
Margaret juga menekankan pentingnya memeriksa ponsel maupun media sosial anak sebagai deteksi dini untuk mengetahui kondisi anak dalam dunia mayanya. "Orang tua perlu sewaktu-waktu melakukan sidak terkait dengan HP atau gadget atau media sosial anak," kata dia.
Dengan demikian, Densus 88 Antiteror terus meningkatkan upaya penegakan hukum untuk melindungi anak dari rekrutmen kelompok radikal.