Densus 88: 110 Anak Teridentifikasi Direkrut Kelompok Radikal

Densus 88 mengungkapkan bahwa dalam penangkapan terhadap kelompok radikal, seorang anak usia 10-18 tahun teridentifikasi telah direkrut oleh kelompok tersebut. Anak-anak ini terkena jebak lewat rekrutmen yang dilakukan melalui game online dan media sosial.

Menurut Jubir Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, kelompok radikal tersebut menyasar anak-anak usia tersebut. "Ada proses rekrutmen yang sangat masif sekali dilakukan melalui media daring," katanya.

Dalam penangkapan ini, Densus 88 menemukan lima orang tersangka, termasuk dua kategori, yaitu pemain lama yang telah menjalani proses hukum dan baru saja merekrut anak-anak lagi. "Di dalam penegakan hukum ini, ada dua kategori, yaitu pemain lama dan baru," ucap Mayndra.

Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Margaret Aliyatul Maimunah menyarankan kepada orang tua agar aktif melakukan pengecekan aktivitas media sosial anak. "Bagaimana pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak di media sosial? Yang pertama, orang tua harus punya komunikasi yang baik dengan anak," katanya.

Margaret juga menekankan pentingnya dilakukan upaya deteksi dini untuk mengetahui kondisi anak dalam dunia mayanya. "Orang tua perlu sewaktu-waktu melakukan sidak terkait dengan HP atau gadget atau media sosial anak. Kaitannya dengan memastikan anak aman dan terlindungi di media sosial," katanya.
 
Wahhh aku pikir radikal kayak gini banyak banget, tapi aku rasa yang paling berisiko adalah anak-anak, nggak bisa jadi sendiri sih... mereka hanya ingin nyari teman aja, dan lalu mereka terjebak. Aku pikir orang tua harus lebih perhatian, ya? Aku juga kayaknya akan melakukan sidak pada gadget anak aku, nanti aku pasti akan menjadi orang tua yang baik banget 🤔📱
 
Kasus ini pasti nggak haruskah terjadi, apalagi kalau kita nggak tahu siapa yang ngurus anak-anak kita online 🤔. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2024, jumlah anak usia 10-18 tahun di Indonesia sudah mencapai sekitar 23 juta orang! 😲

Lalu, bagaimana kalau kita nggak tahu siapa yang akses media sosial mereka? Menurut laporan dari Indonesian Children's Ombudsman (IPC), pada tahun 2023, ada sekitar 40% anak-anak di Indonesia sudah memiliki akun media sosial tanpa izin orang tua! 📊

Itu berarti kita butuh lebih banyak pengecekan dan pengawasan terhadap aktivitas media sosial anak. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pada tahun 2024, jumlah anak yang melakukan pengecekan aktivitas online sudah meningkat menjadi sekitar 60%! 📈

Tapi, masih ada banyak hal yang kita nggak ketahui tentang perilaku anak-anak di media sosial. Menurut laporan dari Universitas Indonesia, pada tahun 2023, ada sekitar 30% anak-anak di Indonesia yang mengalami bullying online! 🤕

Maka dari itu, kita butuh lebih banyak upaya deteksi dini dan pendidikan tentang keselamatan online untuk anak-anak.
 
Akhirnya ada yang bikin orang tahu betapa berbahaya game online dan media sosial bagi anak-anak kita 🤦‍♂️. Saya pikir sudah lama banget ada peringatan tentang hal ini, tapi masih banyak sekali anak-anak yang terjebak lewat rekrutmen yang dilakukan melalui media daring. Saya harap orang tua bisa lebih bijak dalam memantau aktivitas anak mereka di media sosial, seperti Mayndra Eka Wardhana dari Densus 88. Jangan sampai anak-anak kita menjadi korban karena kesalahan orang tua 🤕.
 
ini cerita yang seru banget, anak-anak usia 10-18 tahun jadi target rekrut kelompok radikal lewat game online & media sosial 🤯 siapa sih yang pikir anak kecil bisa jadi korban ini? orang tua kayaknya harus lebih berhati-hati, kan? mereka perlu aktif monitoring aktivitas anak di media sosial ya, dan bukan cuma hanya mengawas aja tapi juga melakukan sidak & pengawasan secara langsung 📱💻. kita harus lebih peduli terhadap anak-anak di era digital ini, nih...
 
Hahahaha, siapa nyeuwun yang bisa rekrut anak-anak usia 10-18 tahun ke kelompok radikal? Kelompok radikal yang jujur-jujurnya bukan tujuan utama ya... 😂 Jadi apa kembali mereka cari anak-anak itu? Apakah untuk memasang logo 'Kawan Radikal' di profil Facebook nya? 🤣 Saja. Dan siapa nyeuwen yang punya komunikasi baik dengan anak-anak mereka? Orang tua, jawabannya! 🙄
 
Kalau gini kelompok radikal bisa rekrut anak-anak usia 10-18 tahun lewat game online dan media sosial... itu bukan main-main aja! Jangan biarkan anak-anak kita terjebak dengan hal ini, apa lagi kalau ada yang sudah terluka mental atau fisik. Penting banget orang tua perhatikan aktivitas anak di internet, jadi kan tidak ada yang salah juga jika mereka sibuk-sibir memantau aja sih...
 
Gue rasa ini banting balik banget deh, siapa ngerakutin anak-anak ke dalam kelompok radikal like that? Gue pikir ini perlu dibawa lebih serius, karena siapa tahu ada yang lagi terjebak. Gue suka ide dari Margaret Aliyatul Maimunah, kita butuh komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, serta survei deteksi dini untuk melihat kondisi anak di media sosial ya, gue rasa ini penting banget! 🤔💻
 
iya, ini benar-benar permasalahan besar banget ya! kalau gini bisa jadi anak-anak kita itu sudah nggabul oleh kegiatan radikalisme yang bisa bikin mereka jatuh ke jalur kesimangan. tapi apa lagi sih kalau mereka punya gadget dan bisa terhubung dengan media sosial? kayaknya orang tua harus lebih berhati-hati dan ngawasi aktivitas anak mereka di internet, kalo tidak kita akan ada keluarga yang hilang ya!
 
🤔 apa lagi biar anak-anak nggak bisa jebak lewat rekrutmen yang dilakukan melalui game online & media sosial? 📱👦 ini biar bukan semata-mata main game aja, tapi juga di rekrutin untuk join kelompok radikal. 🔒 apa caranya orang tua bisa tahu kalau anaknya nggak aman banget di media sosial? harus ada monitor yang lebih gahu tentang aktivitas anak di online ayo! 📊
 
Kurang serius kalau orang tua gak ngecek aktivitas anak online ya 🤦‍♂️. Sepertinya ini bagus bahwa Densus 88 punya rencana untuk melawan kelompok radikal, tapi gini perlu dilakukan dari awal yakin? Membuat anak-anak lebih sadar akan bahaya ini dan mereka harus memiliki keterampilan untuk menghindikinya. Jangan sampai anak kecil terjebak karena kurang tahu siapa yang menelepon atau pesanannya 📲.
 
kembali
Top