Sembilan negara berkunjung ke Loa Kulu, Kutai Kartanegara untuk melihat bagaimana MHU mengubah lahan bekas tambang menjadi kawasan agroindustri dan mendorong pemberdayaan masyarakat. Pihak Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) mengajukan program International Capacity Development Program for Coal Regions in Transition, dengan tujuan meningkatkan kemampuan di daerah penghasil batu bara untuk bertransisi menuju energi baru dan berkeadilan.
Keberdaan para peserta tersebut, yang berasal dari Chile, Kolombia, Mongolia, Afrika Selatan, Thailand, Vietnam, India, Kazakhstan, dan Indonesia, menunjukkan bahwa mereka ingin belajar tentang praktik transisi energi berkeadilan di daerah penghasil batu bara. Mereka juga ingin memahami bagaimana MHU mengambil langkah-langkah untuk memulihkan lahan pascatambang dan mendorong masyarakat sekitar untuk berpartisipasi.
Menurut Kepala Teknik Tambang MHU Aris Subagyo, transisi energi tidak hanya tentang beralih dari fosil ke energi baru, tetapi juga tentang memastikan masyarakat di sekitar tambang memiliki kehidupan yang layak. Dia menekankan bahwa keberhasilan transisi energi diukur dari seberapa banyak kehidupan yang bisa dibangun kembali di sepanjang prosesnya.
Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan pemberdayaan masyarakat (PPM), MHU berhasil mengembangkan berbagai inisiatif di lahan bekas tambang. Salah satunya adalah BUMDes Sungai Payang yang memiliki omzet hingga Rp19 miliar dan menyerap lebih dari 200 tenaga kerja, termasuk perempuan kepala keluarga. Selain itu, pemberdayaan perempuan adat Dayak Kenyah di Desa Lung Anai menghasilkan produk cokelat Rumah Cokelat Lung Anai—salah satu produk kakao pertama yang dikelola langsung oleh komunitas adat di Indonesia.
Keberdaan para peserta tersebut, yang berasal dari Chile, Kolombia, Mongolia, Afrika Selatan, Thailand, Vietnam, India, Kazakhstan, dan Indonesia, menunjukkan bahwa mereka ingin belajar tentang praktik transisi energi berkeadilan di daerah penghasil batu bara. Mereka juga ingin memahami bagaimana MHU mengambil langkah-langkah untuk memulihkan lahan pascatambang dan mendorong masyarakat sekitar untuk berpartisipasi.
Menurut Kepala Teknik Tambang MHU Aris Subagyo, transisi energi tidak hanya tentang beralih dari fosil ke energi baru, tetapi juga tentang memastikan masyarakat di sekitar tambang memiliki kehidupan yang layak. Dia menekankan bahwa keberhasilan transisi energi diukur dari seberapa banyak kehidupan yang bisa dibangun kembali di sepanjang prosesnya.
Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan pemberdayaan masyarakat (PPM), MHU berhasil mengembangkan berbagai inisiatif di lahan bekas tambang. Salah satunya adalah BUMDes Sungai Payang yang memiliki omzet hingga Rp19 miliar dan menyerap lebih dari 200 tenaga kerja, termasuk perempuan kepala keluarga. Selain itu, pemberdayaan perempuan adat Dayak Kenyah di Desa Lung Anai menghasilkan produk cokelat Rumah Cokelat Lung Anai—salah satu produk kakao pertama yang dikelola langsung oleh komunitas adat di Indonesia.