Data palsu pemain Malaysia dan sejarah kearsipan di Indonesia: Pada tahun 2024, Federasi Sepak bola Malaysia (FAM) meluncurkan proyek naturalisasi besar-besaran demi lolos ke Piala Asia 2027. Tujuh pemain asing direkrut, termasuk Hector Hevel yang pernah membela timnas Belanda U-20. Kakek Hector lahir di Den Haag bukan Melaka seperti yang diklaim FAM. Investigasi FIFA menunjukkan manipulasi dokumen enam pemain lainnya.
Investigasi tersebut akhirnya menyebabkan FAM didenda Rp7,3 miliar dan ketujuh pemain dilarang bermain selama setahun. Peristiwa ini menyoroti pentingnya sistem kearsipan yang baik dalam menghindari data palsu. Pengelolaan arsip yang tepat dapat membantu menjaga integritas data dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
Sistem pengarsipan Belanda yang sudah berusia berabad-abad memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya standardisasi, kontinuitas, dan adaptasi teknologi dalam pengelolaan arsip. Keberhasilan sistem kearsipan Belanda menghasilkan akurasi tinggi dari prosedur verifikasi berlapis.
Di Indonesia, pihak yang melakukan pemalsuan data itu mungkin tidak menyadari bahwa sistem kearsipan modern memungkinkan verifikasi silang antarnegara. Dokumen palsu yang dibuat di Malaysia akan langsung terbongkar ketika diverifikasi dengan arsip asli yang tersimpan rapi di Belanda.
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menghadapi tantangan dalam era digital, termasuk kesenjangan digital dan kegelapan digital. Pihak ANRI meluncurkan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional (JIKN) dan Sistem Informasi Kearsipan Nasional (SIKN) untuk meningkatkan integrasi dan akses ke arsip nasional.
Investigasi tersebut akhirnya menyebabkan FAM didenda Rp7,3 miliar dan ketujuh pemain dilarang bermain selama setahun. Peristiwa ini menyoroti pentingnya sistem kearsipan yang baik dalam menghindari data palsu. Pengelolaan arsip yang tepat dapat membantu menjaga integritas data dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
Sistem pengarsipan Belanda yang sudah berusia berabad-abad memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya standardisasi, kontinuitas, dan adaptasi teknologi dalam pengelolaan arsip. Keberhasilan sistem kearsipan Belanda menghasilkan akurasi tinggi dari prosedur verifikasi berlapis.
Di Indonesia, pihak yang melakukan pemalsuan data itu mungkin tidak menyadari bahwa sistem kearsipan modern memungkinkan verifikasi silang antarnegara. Dokumen palsu yang dibuat di Malaysia akan langsung terbongkar ketika diverifikasi dengan arsip asli yang tersimpan rapi di Belanda.
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menghadapi tantangan dalam era digital, termasuk kesenjangan digital dan kegelapan digital. Pihak ANRI meluncurkan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional (JIKN) dan Sistem Informasi Kearsipan Nasional (SIKN) untuk meningkatkan integrasi dan akses ke arsip nasional.