Danantara: Komisaris Kita Dibandingkan Dunia Terlalu Mahal

Kemungkinan keberlangsungan BUMN-nya tergantung pada efisiensi dalam pengelolaan tantiem. Pandu Sjahrir, Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, mengakui bahwa komisaris-komisaris di perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terlalu mahal dibandingkan negara-negara lain. Hal ini memicu penyesuaian tantiem kepada komisaris/direksi seluruh BUMN yang berada di bawah kelolaan Danantara.

Menurutnya, komisaris-komisaris kita dibandingkan dunia memang terlalu mahal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian tantiem. Dengan demikian, pihaknya berhasil menghemat dana hingga Rp8,2 triliun melalui penyesuaian struktur tantiem bagi para komisaris di perusahaan-perusahaan BUMN.

Demi efisiensi itu, dana hasil penghematan itu sekarang dialihkan untuk memperkuat investasi dan pengembangan bisnis. Pandu mengklaim bahwa ini adalah langkah yang tepat demi keberlangsungan BUMN-nya.
 
aku sibuk banget ngeliatin siapa komisaris mana di bawah kelola danantara 🤔 dan kemudian aku dengar kabar gembira tentang penyesuaian tantiem! ini bakal menghemat dana Rp8,2 triliun? itu seperti uang pancita masyarakat 🤑. tapi apa yang pasti adalah perlu dilakukan untuk efisiensi dan keberlanjutan BUMN-nya. aku senang sekali bahwa dana hasil penghematan ini akan dialihkan untuk memperkuat investasi dan pengembangan bisnis. tapi, aku masih ragu2 apakah penyesuaian tantiem ini benar-benar efektif atau hanya cara menutupi biaya yang sudah ada? 🤔
 
aku pikir penyesuaian tantiem komisaris gak cuma tentang efisiensi aja, tapi juga tentang transparansi dan akuntabilitas. kalau tantiem komisaris terlalu mahal, itu bisa jadi peluang untuk korupsi atau penyalahan dana negara. aku ingin melihat bagaimana Dana yang dialihkan itu digunakan dengan efektif, bukan hanya diprioritaskan untuk investasi dan pengembangan bisnis saja... 🤔
 
gak sabar deh.. kalau tantiem di BUMN kita kurang efisien, bagaimana caranya kita bisa terus maju? sekarang pengelolaan itu lebih fokus padahasil keuntungan, bukan lagi buat komisaris kita. tapi rasanya komisaris yang mahal itu punya arti apa deh? 🤔 toh kita udah mulai menghemat Rp8,2 triliun, kalau itu sekarang dialihkan untuk investasi, berarti pengelolaan BUMN kita masih kurang efektif. mungkin perlu ada reformasi yang lebih serius..
 
Pikir saya kalau penyesuaian tantiem komisaris bikin perusahaan BUMN jadi lebih berorientasi pada investasi dan bisnis, tapi apa sih urusan mereka juga perlu ada pengawasan dari pemerintah kan? Misalnya nanti ada skandal atau hal yang tidak jelas, siapa tau ada yang bisa bawa BUMN ke dalam masalah. Tapi secara umum kalau penyesuaian tantiem itu berhasil bikin efisiensi lebih tinggi, saya rasa itu tidak mungkin salah. Dan itu bikin BUMN kita lebih kompetitif dengan perusahaan lain di luar negeri 🤔
 
Gue pikir penyesuaian tantiem bukanlah jawaban dari masalah utama BUMN, tapi gue yakin bahwa itu adalah langkah yang wajar. Kalau gue benar-benar ingin mengetahui apa masalahnya, maka perlu ada analisis yang lebih mendalam tentang efisiensi bisnis dan pengelolaan aset di dalam BUMN. Tapi kalau hanya soal tantiem, maka aku rasa penyesuaian itu sudah wajar.
 
heya guys... aku pikir penyesuaian tantiem komisaris BUMN itu agak susah, tapi setidaknya mereka mencoba untuk efisiensi. tapi aku rasa perlu ada pengetesan lagi, nggak bisa terus2 berinvestasi tanpa ada risiko. kalau tidak ada risiko, apakah itu benar-benar investasi? aku masih ragu, tapi aku menghargai upaya mereka untuk efisiensi. Rp8,2 triliun itu cukup besar, jadi aku harap bisa diatur dengan bijak... 💸
 
Saya sangka kalau penyesuaian tantiem di BUMN itu benar-benar perlu dilakukan, tapi apakah Rp8,2 triliun itu hasilnya dari penyesuaian yang benar? Sumber mana sih dari angka-angka itu? Saya penasaran banget dengan rincian apa aja yang dialihkan dari penghematan itu. Apakah itu benar-benar untuk memperkuat investasi dan bisnis atau hanya sekedar alasan sembunyi-membunyai?
 
Gue rasa kalau tantiem komisaris BUMN gede banget gitu 😂, tapi sekarang gue ngerasa kira2 nggak bisa ditahan lagi. Aku pikir kalau pemerintah harus ngambil langkah yang lebih bijak, misalnya ngadopsi model investasi yang lebih modern seperti dari negara-negara lain, sehingga BUMN bisa kompetitif lagi 🤔. Tapi aku juga ngerasa bahwa penyesuaian tantiem ini penting untuk efisiensi, kalau gak ada yang mau berinvestasi di BUMN gitu 😅.
 
Gue pikir ini gampang banget sih... perusahaan-perusahaan BUMN kita harus lebih fokus pada efisiensi, bukan cuma cuma jaga tantiem komisaris aja. Gue lihat kalau dana yang dihemat itu bisa digunakan untuk memperbaiki infrastruktur atau membantu SME, ini akan lebih bermanfaat di masa depan...
 
aku rasa kalau komisaris kita terlalu mahal itu bukan hanya masalah biaya aja, tapi juga kualitas kita sendiri. kalau kita tidak bisa memimpin perusahaan dengan baik, maka penyesuaian tantiem tidak akan berarti apa-apa. aku harap pihaknya tidak melupakan pentingnya keahlian dan pengalaman dalam memilih komisaris. 😊 tapi secara umum aku setuju dengan pandu, agar kita bisa lebih efisien dalam pengelolaan perusahaan.
 
Aku pikir ini juga bukan cuma tentang efisiensi tantiem aja, tapi juga tentang apa yang sebenarnya diakui oleh diri sendiri kita. Aku melihat komisaris-komisaris kita memang mahal, tapi apakah itu benar-benar masalahnya? Aku rasa masalahnya ada di kemana-mana, bukan cuma di komisaris. Dan apa yang sebenarnya yang diperlukan adalah transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan BUMN. Jadi, penyesuaian tantiem itu bagus, tapi juga harus ada perubahan dari dalam itu sendiri. 😊
 
Apa sih yang terjadi di Indonesia lagi? Kita gak perlu memikirkan soal biaya komisaris, gini ada tantiem apa ya? Mereka mau penyesuaian tantiem itu ke mana? Untuk siapa? Tapi aku punya pikiran, kalau kita sengaja mengurangi tantiem, apakah itu bisa meningkatkan kinerja BUMN-nya? Atau gak? Aku rasa lebih penting lagi adalah bagaimana kita bisa meningkatkan efisiensi operasional dan strategi investasi BUMN-nya. Kita gak bisa sembarangan mengalihkan dana keinvestasi yang salah tujuan.
 
kembali
Top