Danantara: Komisaris Kita Dibandingkan Dunia Terlalu Mahal

Komisaris BUMN Indonesia Terlalu Mahal, Danantara Melakukan Penyesuaian Tantiem

Pandu Sjahrir, Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, mengakui bahwa komisaris-komisaris di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terlalu mahal dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini menyebabkan pihaknya melakukan penyesuaian tantiem kepada komisaris/direksi seluruh BUMN yang berada di bawah kelolaan Danantara.

"Komisaris-komisaris kita memang terlalu mahal. Ini harus kita ubah secara tantiem," ujar Pandu dalam dialog satu tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, dikutip dari YouTube Metro TV.

Pandu mengklaim bahwa pihaknya berhasil menghemat dana hingga Rp8,2 triliun melalui penyesuaian struktur tantiem bagi para komisaris di perusahaan-perusahaan BUMN. Dana hasil efisiensi itu, kini dialihkan untuk memperkuat investasi dan pengembangan bisnis.

"Komisaris-komisaris kita adalah satu-satunya yang mengalami penyesuaian tantiem ini. Kalau direksi berbeda, maka direktifnya harus bekerja dan kita harus dapat membandingkannya dengan global standar," ucap Pandu.

Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus CEO Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, juga mengklaim bahwa BUMN-BUMN dapat hemat hingga Rp8 triliun per tahun jika menerapkan kebijakan terbaru Danantara, terutama yang berkaitan dengan pemberian tantiem bagi anggota dewan komisaris BUMN.

Penyesuaian ini dilakukan untuk memperkuat investasi dan pengembangan bisnis. Selain itu, penyesuaian ini juga dilakukan untuk mempercepat efisiensi dalam menghemat biaya dan meningkatkan kinerja perusahaan.
 
Haha kira-kira bagaimana gak bisa? Mahal gitu komisaris BUMN, tapi lama kelamaan mereka bilang penyesuaian aja, makanya dana mereka dipindahkan ke investasi ๐Ÿค‘. Aku pikir kalau mau nghemat biaya, harus ada konsekuensi yang jelas, gak bisa cuma ngeplok aja tanpa hasil ๐Ÿ˜‚.
 
aku pikir ini wajar banget, komisaris di BUMN terlalu banyak, kan? mereka harus diatur agar tidak berlebihan lagi. tapi kalau kita lupa, mereka yang bisa mempengaruhi keseluruhan perusahaan. aku suka bagaimana Pandu Sjahrir dan Rosan Perkasa Roeslani bekerja untuk menghemat biaya dan meningkatkan kinerja. tapi aku berharap tidak hanya itu, tapi juga ada peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan BUMN. jadi kita bisa yakin bahwa dana yang dihemat itu digunakan dengan baik ๐Ÿ˜Š
 
Maksudnya sih, kalau komisaris BUMN terlalu mahal, nggak masuk akal. Mereka dianggap sebagai pejabat yang harus diperhatikan. Tapi apa yang bikin mereka begitu mahal? Mungkin karena ada kontribusi dari pemerintah atau investor asing. Aku rasa kalau komisaris BUMN harus diatur, biar tidak terlalu banyak korupsi. Dan mending menggunakan uang itu untuk memperbaiki infrastruktur atau pendidikan, bukan hanya untuk memberi gaji kepada mereka. ๐Ÿค‘๐Ÿ’ธ
 
Aku pikir kalau penyesuaian tantiem bagi komisaris di BUMN benar-benar dibutuhkan karena biayanya sebenarnya terlalu mahal. Misalkan nanti mau kita bandingkan dengan negara-negara lain, seperti Cina atau Singapura, maka biaya komisaris mereka pasti jauh lebih murah.

Tapi yang penting adalah efisiensi dan kinerja perusahaan, bukan hanya biayanya saja. Jika penyesuaian tantiem ini bisa membuat BUMN hemat hingga Rp8 triliun per tahun, maka itu sudah sangat baik. Dan kalau bisa dialihkan untuk memperkuat investasi dan pengembangan bisnis, maka itu juga benar-benar bagus.

Aku suka cara Danantara yang berani mengambil tindakan ini. Mereka tidak hanya menunggu pemerintah memutuskan apa-apa, tapi mereka langsung bereaksi dan mencari solusi sendiri. Itu kebijaksanaan bisnis, ya!
 
Aku pikir kalau komisaris BUMN terlalu mahal itu karena semua orang yang jadi komisaris itu punya hubungan kekeluarga dekat dengan orang penting di pemerintah, kan? Aku tahu aku sendiri ada temen aq yang jadi komisaris di suatu perusahaan BUMN dan aq pikir kalau dia jadi komisaris itu karena kerabatnya yang jadi Menteri, deh. Nah, kalau begitu, aku rasa penyesuaian tantiem itu benar-benar diperlukan agar tidak ada lagi kecurangan seperti itu. Aku lihat video aq dari Metro TV, dan Pandu Sjahrir yang jadi CIO Danantara kayaknya serius dengan hal ini... tapi aku masih ragu-ragu, kan?
 
ini salah satu masalah besar kita di Indonesia, penentuan tantiem komisaris BUMN yang terlalu tinggi kayak banget! biasanya kalau negara-negara lain komisarinya sudah selesai, maka komisarikancah kita harus lebih pintar dalam memilih kandidat. tapi jadi ini membuat efisiensi berkurang juga.

dan paham juga dengan apa yang dilakukan oleh Danantara, mereka mencoba menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi bisnis. tapi jangan salah pengertian, ini bukan berarti mereka tidak peduli dengan komisarikancah kita, tapi lebih kepada cara membuat perusahaan menjadi lebih baik dan semakin kompetitif di pasar internasional.

dan kalau kita lihat dari hasilnya, Rp8,2 triliun adalah angka yang sangat penting, ini menunjukkan bahwa penyesuaian tantiem tersebut sudah berhasil. tapi apa yang harus kita ingat adalah, efisiensi tidak hanya tentang menghemat biaya, tapi juga tentang bagaimana kita meningkatkan kinerja perusahaan dan membuatnya lebih baik.

sebagai maximalis, saya ingin melihat dari sudut pandang lain, bukannya hanya fokus pada penyesuaian tantiem saja. mungkin kita harus melakukan analisis lebih lanjut tentang bagaimana kita bisa meningkatkan efisiensi bisnis di BUMN secara keseluruhan.
 
Gue pikir kalau ini bagus sekali! Menteri Investasi dan CEO Danantara yang jelas-jelas punya kebijakan yang sama, padahal gue tahu mereka dari luar. Kalau benar-benar BUMN bisa hemat hingga Rp8 triliun per tahun, itu berarti uang negara bisa digunakan untuk investasi lain yang lebih penting seperti infrastruktur dan pendidikan ๐Ÿค. Mungkin gak ada masalah jika komisaris-komisaris di BUMN terlalu mahal banget, asalkan hasilnya benar-benar membawa manfaat bagi rakyat.
 
Makasih ya gue punya opini tentang ini. Komisaris BUMN yang mahal sih memang bikin bingung, tapi kalau nanti pihaknya berhasil menghemat dana hingga Rp8 triliun itu, kan jadi kaya banget! Gue pikir penyesuaian tantiem itu bakalan membantu. Tapi, gue ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana caranya pihaknya melakukannya. Apakah ada contoh-contoh kasus yang berhasil? Mau dipikirkan lebih lanjut ya. ๐Ÿ˜Š
 
๐Ÿค” Mungkin kalau komisaris BUMN terlalu mahal, maka pihaknya harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar penyesuaian tantiem... ๐Ÿ’ธ Maka tolong harus ada kebijakan dan standar yang jelas tentang gaji komisaris di perusahaan-perusahaan BUMN. Jangan hanya mengejar efisiensi, tapi juga harus memastikan bahwa komisaris memiliki upah yang wajar dan tidak membuat mereka menjadi target dari korupsi ๐Ÿ˜ฌ
 
Hei gua, aki ngerasa kayaknya pemerintah sudah mulai buat suka masuk akal, loh! Mereka baru ngebuka mata bahwa komisaris BUMN terlalu mahal dan harus diatur kembali. Aku senang sekali kalau mereka bisa menghemat dana hingga Rp8,2 triliun melalui penyesuaian struktur tantiem bagi para komisaris di perusahaan-perusahaan BUMN. Itu wajar sih, kalau kita ingin investasi dan pengembangan bisnis menjadi lebih baik, maka harus ada efisiensi dalam pengeluaran ya.

Dan aku juga senang sekali kalau Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani sudah ngerusak konsep yang salah tentang penyesuaian tantiem. Kalau direktifnya harus bekerja sama dengan global standar, itu wajar sih! Kita harus saling menghormati dan berbagi ide untuk membuat BUMN menjadi lebih baik. Hei, aku harap kalau ini bisa menjadi awal dari perubahan yang positif di Indonesia ๐Ÿค‘
 
Aku rasa penyesuaian tantiem itu bagus sekali ๐Ÿค. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau komisaris-komisarinya terlalu mahal, nih ๐Ÿ˜…. Mereka harus fokus pada pengembangan bisnis dan investasi, bukan cuma nyaman aja di atas tahtanya ๐Ÿ™„.

Aku setuju dengan Pandu Sjahrir, dia benar-benar memiliki visi yang jernih tentang bagaimana membuat BUMN Indonesia lebih kompetitif di pasar global ๐Ÿ’ช. Dan kalau bisa menghemat Rp8,2 triliun, itu akan sangat berarti untuk kepentingan negara dan rakyat ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ.

Aku juga tidak sabar untuk melihat hasil dari penyesuaian ini, apakah efisiensi biaya bisa meningkat dan kinerja perusahaan BUMN pun dapat ditingkatkan ๐Ÿ“ˆ. Aku yakin dengan strategi yang tepat, BUMN Indonesia dapat menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan lain di Indonesia ๐ŸŒŸ.
 
Gue pikir gak perlu jadi komisaris BUMN, kan? ๐Ÿ˜‚ Mereka yang punya uang bisa saja masuk, tapi kita yang kerja keras gak perlu dibayar begitu mahal! ๐Ÿ’ธ
 
Kalau komisaris BUMN terlalu mahal, rasanya birokrasi di Indonesia harus berubah dahulu, bro! ๐Ÿค”๐Ÿ“Š Mungkin kan ada cara untuk mempercepat tugas-tugas mereka tanpa perlu biaya yang terlalu mahal. Jadi, penyesuaian tantiem ini bisa jadi efektif, tapi juga gak salah jika kita berusaha cari solusi lain ya? ๐Ÿคทโ€โ™‚๏ธ
 
Makasih banget ya gampangnya pihak Danantara berhasil menghemat dana Rp8,2 triliun! Saya pikir ini sangat baik. Saya juga setuju kalau komisaris-komisaris kita terlalu mahal, kalau tidak mau diubah bisa jadi perusahaan-perusahaan BUMN kita akan tertinggal dengan perusahaan di luar negeri. Tapi saya sedikit curious apakah penyesuaian ini benar-benar efektif atau tidak? Saya harap pihak Danantara bisa memberikan update tentang hal ini nanti ya ๐Ÿ˜Š
 
aku paham dulu kalau komisaris BUMN di Indonesia terlalu mahal tapi sekarang aku rasa mereka udh berubah caranya aja. dari ini ke penyesuaian tantiem, aku malu banget juga sih, karena selama ini kita jadi nyanyukin komisi BUMN yang banyak. tapi kalau benar aja kita bisa menghemat Rp8,2 triliun itu, maka aku kira itu udah keuntungan besar ya!
 
kembali
Top