Danantara Bersihkan BUMN dari Praktik Korupsi & Manipulasi Laba

Rosan Roeslani, CEO Danantara, telah menegaskan komitmennya untuk membersihkan lingkungan BUMN dari praktik korupsi dan rekayasa keuangan. Ia tidak akan mentolerir tindakan koruptif yang ada di lingkungan BUMN dan menyoroti beberapa praktik lama komisaris yang dinilai menyimpang.

Menurut Rosan, fungsi komisaris seharusnya adalah pengawasan, bukan ikut serta dalam mengejar laba dengan cara yang tidak sehat. Ia menyoroti praktik di masa lalu di mana komisaris justru terlibat dalam manipulasi data dan mempercantik laporan keuangan untuk membuat profit lebih tinggi.

Tahun depan, Rosan akan koreksi beberapa buku perusahaan BUMN karena laporannya tidak sesuai dan tidak benar. Ia juga menjanjikan bahwa di bawah pimpinan dia, tidak ada lagi di BUMN yang melakukan hal-hal mempercantik buku atau membuat profit lebih tinggi hanya untuk menghindari pelaporan keuangan.

Langkah tegas ini diambil meski diakui mengandung risiko, demi terwujudnya tata kelola BUMN yang bersih, transparan, dan berorientasi pada kepentingan nasional. Rosan juga menjanjikan bahwa pihaknya akan melakukan perampingan terhadap anak cucu BUMN dengan mengurangi jumlah perusahaan dari 1.000 lebih menjadi 230-320 dalam 5 tahun.

Menurut Rosan, yang penting bukanlah jumlah perusahaan, tapi kualitas dan efisiensi tata kelolanya. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada lagi di BUMN yang akan melakukan praktik korupsi atau manipulasi keuangan.
 
Duh, siapa bilang komisaris harusnya hanya sekedar pengawasan? Mereka harus lebih bijak, tapi sepertinya Rosan Roeslani ini nggak peduli dengan keterampilannya sendiri. 230-320 perusahaan dalam 5 tahun? Gila! Apalagi kalau kalau itu berarti BUMN akan lebih fleksibel dan bisa berekspansi? Saya rasa ini hanya untuk memuaskan para investor dan tidak seimbang lagi dengan kepentingan nasional.
 
Pak cak weh, Rosan Roeslani itu benar-benar bijaksana banget! Kamu harus nggak sabar-sabar dengan praktik korupsi di BUMN, kita perlu buat perubahan dari dalam. Jangan biarkan komisaris yang jujur lagi ikut main main dengan korupsi, itu kayaknya sangat tidak masuk akal!

Aku pikir kalau pengawasan yang lebih ketat itu benar-benar penting, tidak seperti sebelumnya kita masih sawer-sawner dengan laporan keuangan. Kamu harus pastikan buku perusahaan BUMN itu asli dan jujur, kayakanya bisa meningkatkan trustoritas kita sebagai negara.

Aku juga setuju kalau pengurangan jumlah perusahaan itu benar-benar penting untuk efisiensi. Jika kita bisa membuat tata kelola yang lebih baik, maka aku pikir kita bisa mengejar laba dengan cara yang lebih sehat dan jujur.
 
Sudah lama kita ingin melihat gubahan ini dari pihak BUMN, tapi tahu-tahu masih banyak sekali cara-cara konyol seperti itu 🙄. Aku rasa ini adalah langkah besar untuk membersihkan BUMN dari praktik korupsi dan rekayasa keuangan. Tapi aku juga penasaran bagaimana caranya nih? Bagaimana caranya nih, Rosan akan bisa melakukannya? 🤔
 
Aku pikir Rosan benar sekali, kita harus fokus pada efisiensi dan transparansi, bukan hanya mengatur jumlah perusahaan 😊. Korupsi memang masalah besar di BUMN, tapi kita juga harus lihat bahwa ada komisaris yang lebih berorientasi pada profit daripada kepentingan nasional.

Aku setuju dengan ide untuk koreksi buku perusahaan yang tidak sesuai dan melakukan perampingan anak cucu BUMN. Itu langkah yang wajar untuk mencapai tata kelola yang lebih baik. Tapi, aku harap Rosan juga bisa melibatkan masyarakat dan organisasi non-pemerintah dalam upaya ini 🤝, sehingga kita bisa mendapatkan dukungan dan saran dari luar pemerintah.
 
Mengenang lama, nggak bisa percaya kalau masih ada komisaris BUMN yang justru ikut-ikutan mencuri laba buatan 🤑🤦‍♂️. Kalau gini, gimana caranya BUMN bisa terus berjalan? Ati-ati aja, Rosan punya tanggung jawab besar untuk membersihkan lingkungan kerja yang korup. Tapi, nggak percaya kalau bisa dilakukan dalam 5 tahun, itu terlalu cepat 🕰️🤔. Kalau benar-benar mau bersih, harus mulai dari kecil, tidak boleh langsung mengurangi jumlah perusahaan.
 
aku rasa kalau dia bilang hal ini cuma untuk membuang dendam, karena sih dia sendiri seringkali di dalam kontroversi juga ya 🤑🤔. aku pikir kalau buku-buku perusahaan harus dibuka secara terbuka agar kita semua bisa melihat apa-apa yang sebenarnya terjadi di dalamnya, bukan hanya tentang cara-cara manipulasi keuangan yang dia buatkan. dan siapa bilang bahwa 230-320 perusahaan itu sudah cukup banyak? aku rasa itu masih banyak sekali untuk dianut oleh investor asing 🤑🌎
 
Kalau punya kesempatan ngobrol lebih lanjut tentang renyahnya koreksi buku perusahaan BUMN ini, aku pikir itu gampang banget sih! Tapi ayo dulu kita lihat dari mana asalnya kesalahan-kesalahan itu. Aku rasa penting untuk ketahuilah dari mana dan bagaimana kegagalan-kegagalan itu terjadi, bukan hanya sekedar mengatakan bahwa ada yang tidak tepat. Banyak juga perusahaan yang sudah baik-baik saja, tapi karena tidak ada sinyal yang jelas dari atas, mereka kalah dalam persaingan dengan kompetitor lain. Jadi, aku pikir lebih penting lagi itu.
 
Lihatnya kalau CEO Danantara ini benar-benar punya niat yang jujur untuk membersihkan lingkungan BUMN dari praktik korupsi dan rekayasa keuangan... Tapi kita juga perlu lihat, apakah pilihan 'kurang perusahaan' itu benar? Jadi kalau mau kurangi jumlah perusahaan, tapi tidak berarti efisiensi operasionalnya menjadi lebih baik. Kalau perusahaan masih sama saja, tapi hanya ada lebih sedikit, itu gak masuk akal kan? Ada yang bilang ini langkah 'tegas' dan semua orang setuju... Tapi aku rasa ini perlu diawasi dengan dekat juga. Kita harus lihat bagaimana implementasinya, apa benar-benar ada perubahan, atau hanya sekedar 'politik'.
 
kembali
Top