Dampak Deforestasi Mengintip di Balik Transisi Energi Bioetanol

Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kandungan bioetanol pada bensin bisa dilihat sebagai upaya mengurangi ketergantungan impor minyak. Namun, terdapat keraguan dari banyak kalangan terkait dampak lingkungan yang muncul saat implementasinya. Kebijakan ini berisiko besar melahirkan deforestasi.

Menurut Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, meningkatkan kandungan bioetanol pada bensin akan membantu mengurangi ketergantungan impor minyak. Namun, biaya ini ditengarai dengan kehilangan lahan hutan untuk menanam tebu sebagai sumber bioetanol.

Pada tahun 2024, Presiden Jokowi sudah mencanangkan proyek swasembada gula di Merauke, Papua Selatan. Dengan demikian, sekitar 633.763 hektare lahan di daerah tersebut akan dibuka untuk menanam tebu dan jagung. Sementara itu, di masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Pemerintah merencanakan pembukaan lahan yang lebih luas dengan luas total 3 juta hektare.

Menurut Juru Kampanye Forest Watch Indonesia, Anggi Putra Prayoga, deforestasi ini merupakan masalah. Ia menyebutkan bahwa kebutuhan bahan bakar nabati meningkat untuk transportasi dan kebutuhan tersebut akan beriringan dengan kebutuhan lahan yang akan dibuka untuk penanaman tebu.
 
Gue pikir kalau gini gak masuk akal banget, ya. Kalau kita nambahin bioetanol pada bensin, itu bisa membantu kurangi impor minyak, tapi apa yang terjadi dengan lahan hutan? Kita sudah terlalu banyak menggunakan lahan untuk produksi pangan dan gula, gue rasa sudah cukup banget. Tapi kalau kita nambahin lagi tebu sebagai sumber bioetanol, itu berisiko besar melahirkan deforestasi. Gue ingat siang-sang ada proyek swasembada gula di Merauke, Papua Selatan, dan ada luas lahan yang akan dibuka untuk menanam tebu. Gue rasa itu kan bisa menyebabkan kehilangan habitat bagi banyak spesies hutan. Dan kalau kita nambahin lagi yang di samping itu, biaya produksi bioetanol juga akan naik banget, dan itu akan semakin sulit untuk produksi. Jadi, gue rasa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebelum kita nambahin bioetanol pada bensin, ya ๐Ÿ˜•
 
Gampang-ganteng banget aja cari solusi yang sehat untuk energi kita ๐ŸŒฑ๐Ÿ’š. Nah, kalau giliran nanti bikin deforestasi karena pameran bioetanol, itu gak enak banget sama lingkungan kita ๐Ÿ˜ฌ. Belum lagi biaya besar yang dibelanjakan untuk menanam tebu dan jagung, siapa tahu apa aja keberuntungannya... ๐Ÿค‘. Yang jelas, kita harus lebih berhati-hati dalam mengatur ketergantungan impor minyak kita dan cari solusi yang lebih ramah lingkungan.
 
Gak bisa dipungut tanda tangan dari aku kalau aku bilang kebijakan ini sengaja bikin deforestasi ๐ŸŒณ๐Ÿ˜ฌ. Tapi apa salahnya kalau kita terus biarkan pemerintah membuat keputusan yang hanya memikirkan jangka panjang? Aku sudah lama bilang, penanaman tebu itu nggak bisa menjaga lingkungan sama sekali! ๐Ÿšฎ Kita harus fokus pada cara lain untuk mengurangi ketergantungan impor minyak, seperti pengembangan energi terbarukan atau lebih efisien dalam menggunakan sumber daya kita sendiri. Tapi nggak ada yang mau mendengarkan aku... ๐Ÿ˜’
 
Mana lagi biaya dari kita aja, biar pemerintah bisa menangani impor minyak? Meningkatkan bioetanol itu enak banget, tapi biar tebu bisa dipanen, kita harus rubuhin hutan juga? Aku penasaran apa yang ada di pikiran Bahlil Lahadalia kalau dia tahu itu bisa berdampak deforestasi. Saya rasa pemerintah harus lebih teliti dulu sebelum membuat kebijakan seperti ini, biar tidak mengecewakan kita semua.
 
Hei guys, kalau gak sengaja nonton news ini, jadi pemerintah mau naikkan kandungan bioetanol pada bensin biar kurang tergantung impor minyak. Tapi, ada yang ragu-ragu kalau gak itu masalah lingkungan. Seperti apa sih dampaknya? Kita harus ngawasi kebisingan dan polusi yang muncul dari penanaman tebu di luas lahan. Jangan sampai kita kalah lagi dengan isu deforestasi, kalaau gak ada aturan yang tepat, nih.
 
Aku pikir ini nih, kalau pemerintah mau bikin bensin bioetanol, mesti ada cara lain bukan menanam tebu di hutan ๐ŸŒณ. Biar tidak deforestasi, aku rasa perlu ada penelitian lebih lanjut tentang alternatif lain seperti tebu yang ditanam di lahan yang sudah kering atau tebu yang bisa tumbuh di daerah yang udah dekat dengan sumber air ๐Ÿ˜Š. Saya pikir pemerintah harus mempertimbangkan dampak kebanjiran penanaman tebu ๐ŸŒด, kalau tidak bisa aku kira perlu ada pengawasan dari masyarakat ๐Ÿ˜.
 
Aku jadi khawatir banget kalau pemerintah nanti gak bisa ngatur penanamannya sih. Bioetanol itu baik banget tapi deforestasi itu juga kayaknya serius. Aku bayangkan kalo kita punya lahan yang luas seperti itu, maka pasti gak ada trusuri dan penggunaan yang efisien. Jadi aku rasa pemerintah harus ngatur dulu sih. Tapi aku juga penggemar proyek swasembada gula ya, tapi kalau diimporin ke negara lain, maka aku khawatir akan dampak lingkungannya ๐Ÿ˜Š
 
Lho, biarkan aku bilang, nih. Kebijakan ini kayaknya baik-baik saja, tapi ada satu hal yang bikin aku ragu-ragu. Jika kita meningkatkan kandungan bioetanol pada bensin, itu sebenarnya bisa membantu mengurangi ketergantungan impor minyak. Tapi, siapa nanti yang akan bertanggung jawab kalau kebutuhan bahan bakar nabati makin banyak dan kita harus buka lahan lebih luas untuk menanam tebu? Deforestasi itu gampang-gampang banget! Aku pikir pemerintah harus lebih teliti dan mencari solusi yang lebih ramah lingkungan, kayaknya. ๐ŸŒณ๐Ÿ’š
 
Gue rasa biar kalau kita harus memilih antara urusan energi dan lingkungan, gue pilihlah lingkungan ๐ŸŒฟ๐ŸŒณ. Meningkatkan kandungan bioetanol itu enak-kenak untuk urusan energi, tapi gue khawatir banget kalau deforestasi itu terjadi. Gue rasa biar kita harus mencari solusi yang lebih baik, misalnya dengan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar atau mencari sumber energi lain yang lebih ramah lingkungan ๐ŸŒธ๐Ÿ’š.
 
Kalau benar-benarnya kita nambahkan bioetanol di bensin, itu nggak masalah, tapi apapun itu harus dikerjakan dengan hati-hati. Kita harus pikir apa yang akan terjadi kalau lahan hutan kita habis. Itu kan penting banget untuk lingkungan kita dan juga untuk hidup kita di masa depan.

Bayangkan aja kalau tahun 2025 kita sudah tidak punya hutan lagi, itu nggak bisa dipikirkan. Jadi, biaya meningkat kandungan bioetanol harus didukung dengan cara yang lebih baik. Misalnya, nambahin listrik untuk pembangunan proyek-proyek seperti itu, sehingga justru lingkungan kita tidak terkena dampak.
 
๐Ÿ˜• Gue pikir pemerintah harus lebih hati-hati lagi sebelum implementasinya, kalau mau mengurangi impor minyak kita harus pertimbangkan dampak lingkungan terlebih dahulu. Bioetanol itu enak banget untuk mobil, tapi tebu yang digunakan buat bikinnya itu seringkali dihasilkan dari hutan yang hilang. ๐ŸŒณ

Bisa-bisa gak ada alternatif lain, tapi kalau kita tidak berhati-hati, semua ini bisa jadi masalah besar. Kita harus cari solusi yang lebih baik lagi, misalnya bisa bikin tebu di hutan yang belum pernah digunakan sebelumnya atau cari sumber bioetanol dari tempat lain. ๐ŸŒด

Gue rasa pemerintah harus makin teliti lagi sebelum membuat kebijakan yang akan berdampak besar seperti ini, kita tidak bisa mengabaikan dampak lingkungan terlebih dahulu. Kita harus cari solusi yang lebih baik untuk lingkungan dan masih bisa menjaga kebutuhan minyak kita. ๐Ÿค”
 
Kalau biar bisa mengurangi impor minyak, tapi nanti apa dengan deforestasi? Lahan hutan itu penting banget buat keseimbangan ekosistem, kan? Jika kita gak berhati-hati, kebutuhan bioetanol bisa jadi menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah...
 
biaknya pemerintah nii ๐Ÿคฏ, kalau mau mengurangi impor minyak kayaknya ganti jadi cari cara lain aja, kayaknya bioetanol ini terlalu banyak dipikirkan aja... ๐Ÿ˜

lihat aja video tentang proyek swasembada gula di Merauke, Papua ๐Ÿ“น[
]... kayaknya pemerintah itu terlalu cepat nih, sih ๐Ÿ˜…
 
Eh, kalau pemerintah mau meningkatkan kandungan bioetanol pada bensin, itu baik-baik saja... tapi apa sisi yang kita lupa? Lahan hutan yang kita buang! Mereka bilang biaya ini penting untuk mengurangi impor minyak, tapi siapa nanti yang mau membayar biaya itu? Belum juga jelas bagaimana cara membuat bioetanol dari tebu tanpa merusak lingkungan... ๐ŸŒณ๐Ÿ’ฆ
 
kembali
Top