Bulan November 2025 akan diwarnai oleh beragam fenomena langit yang menarik. Purnama Supermoon atau Bulan Purnama Super akan terjadi pada tanggal 5 November 2025, membuat ukuran bulan tampak sedikit lebih besar dan cahayanya lebih terang dibanding purnama biasa. Nama Beaver Moon berasal dari tradisi penduduk asli Amerika yang menandai waktu pemasangan perangkap berang-berang sebelum musim dingin tiba.
Mulai 11 November, planet Jupiter akan mengalami pergerakan retrograde atau tampak bergerak mundur di langit. Fenomena ini hanyalah ilusi optik yang terjadi ketika Bumi melampaui Jupiter dalam orbitnya mengelilingi Matahari. Selama periode ini, posisi Jupiter di langit malam tampak bergeser ke arah barat dari hari ke hari.
Pada tanggal 12 November, hujan meteor Taurid Utara akan mencapai puncaknya. Hujan meteor ini berasal dari sisa debu komet Encke yang memasuki atmosfer Bumi. Meskipun hanya ada beberapa meteor per jam yang terlihat, pancaran cahayanya dikenal sangat terang.
Selanjutnya, pada tanggal 17 November, puncak hujan meteor Leonid akan terjadi. Fenomena ini disebabkan oleh partikel debu dari komet Tempel-Tuttle yang melintasi orbit Bumi setiap tahun. Hujan meteor Leonid dikenal karena kemungkinannya menimbulkan "badai meteor" dalam siklus tertentu, meskipun tahun 2025 diperkirakan tidak seintens itu.
Kemudian, pada tanggal 21 November, hujan meteor Alpha Monocerotid akan mencapai puncak aktivitasnya. Hujan meteor ini berasal dari konstelasi Monoceros, atau "Sang Unicorn". Fenomena ini cukup jarang dan intensitasnya dapat berubah-ubah dari tahun ke tahun.
Menjelang akhir bulan, pada tanggal 28 November, hujan meteor Orionid akan kembali muncul. Meteor-meteor ini berasal dari sisa debu Komet Halley yang terkenal. Hujan meteor Orionid biasanya cukup aktif dengan kecepatan tinggi dan cahaya yang cerah.
Pada hari yang sama, planet Saturnus akan mengakhiri fase retrograde-nya atau gerak mundur semu. Sejak beberapa bulan sebelumnya Saturnus tampak bergerak berlawanan arah dengan lintasan normalnya di langit. Akhir retrograde menandai kembalinya Saturnus ke gerak normal dari barat ke timur, sehingga menjadi momen menarik bagi penggemar astronomi untuk mengabadikannya.
Mulai 11 November, planet Jupiter akan mengalami pergerakan retrograde atau tampak bergerak mundur di langit. Fenomena ini hanyalah ilusi optik yang terjadi ketika Bumi melampaui Jupiter dalam orbitnya mengelilingi Matahari. Selama periode ini, posisi Jupiter di langit malam tampak bergeser ke arah barat dari hari ke hari.
Pada tanggal 12 November, hujan meteor Taurid Utara akan mencapai puncaknya. Hujan meteor ini berasal dari sisa debu komet Encke yang memasuki atmosfer Bumi. Meskipun hanya ada beberapa meteor per jam yang terlihat, pancaran cahayanya dikenal sangat terang.
Selanjutnya, pada tanggal 17 November, puncak hujan meteor Leonid akan terjadi. Fenomena ini disebabkan oleh partikel debu dari komet Tempel-Tuttle yang melintasi orbit Bumi setiap tahun. Hujan meteor Leonid dikenal karena kemungkinannya menimbulkan "badai meteor" dalam siklus tertentu, meskipun tahun 2025 diperkirakan tidak seintens itu.
Kemudian, pada tanggal 21 November, hujan meteor Alpha Monocerotid akan mencapai puncak aktivitasnya. Hujan meteor ini berasal dari konstelasi Monoceros, atau "Sang Unicorn". Fenomena ini cukup jarang dan intensitasnya dapat berubah-ubah dari tahun ke tahun.
Menjelang akhir bulan, pada tanggal 28 November, hujan meteor Orionid akan kembali muncul. Meteor-meteor ini berasal dari sisa debu Komet Halley yang terkenal. Hujan meteor Orionid biasanya cukup aktif dengan kecepatan tinggi dan cahaya yang cerah.
Pada hari yang sama, planet Saturnus akan mengakhiri fase retrograde-nya atau gerak mundur semu. Sejak beberapa bulan sebelumnya Saturnus tampak bergerak berlawanan arah dengan lintasan normalnya di langit. Akhir retrograde menandai kembalinya Saturnus ke gerak normal dari barat ke timur, sehingga menjadi momen menarik bagi penggemar astronomi untuk mengabadikannya.