Harga Batu Bara Terbang ke Rekor dengan China Mengumumkan Pembatasan Produksi Lagi
Harga batu bara mengalami kenaikan drastis di pasar terbuka Selasa kemarin, mencapai level tertinggi sejak bulan September lalu. Harga ini ditutup pada posisi US$ 109,3 per ton, menurut Refintiv, dan membawa batu bara ke rekor harga tertingginya dalam sembilan bulan terakhir.
Kenaikan harga ini mengikuti sentimen pasar yang hangat di kalangan pelaku industri, serta ekspektasi positif dari impor batu bara kokas Mongolia ke China. Peningkatan ini membawa batu bara ke level tertinggi sejak bulan Juni lalu, menurut data Refintiv.
Pembatasan produksi batu bara di China masih terus berlangsung, meskipun China Coal Energy mengatakan bahwa pasokan dan permintaan akan relatif seimbang dalam waktu dekat karena musim pemanas musim dingin mendukung konsumsi batu bara. Namun, produksi batu bara China turun 1,8% secara tahunan pada September menjadi 411,51 juta ton metrik, menurut data biro statistik.
Mengingat keadaan ini, kenaikan harga batu bara dapat dianggap sebagai indikator bahwa China mencari suplai alternatif untuk mengatasi pembatasan produksi domestik dan tekanan harga lokal. Peningkatan pangsa pasar Mongolia juga bisa memperbesar tekanan kompetitif dan mengubah dinamika ekspor batu bara kokas di kawasan Asia.
Selain itu, peningkatan konsumsi listrik di China juga memberikan dampak positif bagi batu bara. Total konsumsi listrik di China pada September mencapai 888,6 miliar kilowatt-jam (kWh), naik 4,5% secara tahunan (year-on-year/Yoy). Pada sektor industri sekunder, konsumsi listrik naik 5,7% YoY pada bulan September.
Dengan demikian, harga batu bara terbang ke level tertinggi sejak bulan Juni lalu, menurut data Refintiv.
Harga batu bara mengalami kenaikan drastis di pasar terbuka Selasa kemarin, mencapai level tertinggi sejak bulan September lalu. Harga ini ditutup pada posisi US$ 109,3 per ton, menurut Refintiv, dan membawa batu bara ke rekor harga tertingginya dalam sembilan bulan terakhir.
Kenaikan harga ini mengikuti sentimen pasar yang hangat di kalangan pelaku industri, serta ekspektasi positif dari impor batu bara kokas Mongolia ke China. Peningkatan ini membawa batu bara ke level tertinggi sejak bulan Juni lalu, menurut data Refintiv.
Pembatasan produksi batu bara di China masih terus berlangsung, meskipun China Coal Energy mengatakan bahwa pasokan dan permintaan akan relatif seimbang dalam waktu dekat karena musim pemanas musim dingin mendukung konsumsi batu bara. Namun, produksi batu bara China turun 1,8% secara tahunan pada September menjadi 411,51 juta ton metrik, menurut data biro statistik.
Mengingat keadaan ini, kenaikan harga batu bara dapat dianggap sebagai indikator bahwa China mencari suplai alternatif untuk mengatasi pembatasan produksi domestik dan tekanan harga lokal. Peningkatan pangsa pasar Mongolia juga bisa memperbesar tekanan kompetitif dan mengubah dinamika ekspor batu bara kokas di kawasan Asia.
Selain itu, peningkatan konsumsi listrik di China juga memberikan dampak positif bagi batu bara. Total konsumsi listrik di China pada September mencapai 888,6 miliar kilowatt-jam (kWh), naik 4,5% secara tahunan (year-on-year/Yoy). Pada sektor industri sekunder, konsumsi listrik naik 5,7% YoY pada bulan September.
Dengan demikian, harga batu bara terbang ke level tertinggi sejak bulan Juni lalu, menurut data Refintiv.