Beijing memainkan kartu "truf" ( kartu tersembunyi) dalam perundingan perdagangan internasional, menurut analis ekonomi. China menurunkan tajam ekspor magnet tanah jarang pada September, menjadi 5.774 ton, turun 6,1% dibanding Agustus, dan ini menandakan bahwa Beijing kembali memperketat kendali atas pasokan mineral strategisnya.
Penurunan ini terjadi bahkan sebelum pemerintah China memperluas rezim perizinan ekspor yang diumumkan awal Oktober. Analisis dari Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan bahwa penurunan tajam ekspor magnet tanah jarang menunjukkan bahwa Beijing sadar sepenuhnya sedang memegang kartu kunci dalam perundingan perdagangan internasional.
China sempat menekan produsen otomotif global dengan pembatasan ekspor berbagai produk tanah jarang dan magnet terkait, saat perundingan dengan AS memanas terkait rencana Washington memberlakukan tarif baru ratusan persen terhadap barang-barang asal China.
Empat bulan kemudian, ancaman tarif baru dan pembatasan ekspor kembali muncul, memperkuat kekhawatiran bahwa Beijing akan menggunakan strategi lama yang sama, yakni menjadikan mineral strategis sebagai alat negosiasi dagang. Langkah ini berpotensi melanggar kesepakatan Juni lalu antara China dan AS untuk melonggarkan perdagangan mineral penting.
Meski ekspor pada September turun dari bulan sebelumnya, volume ekspor secara tahunan masih naik 17,5% dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun penurunan bulanan ini menandakan adanya hambatan baru bagi perusahaan-perusahaan yang bergantung pada pasokan China.
Media lokal melaporkan bahwa otoritas China kini memperketat proses pemberian izin ekspor, dengan pengawasan serupa seperti pada puncak perang dagang April lalu. Langkah itu membuat sejumlah perusahaan asing kesulitan mengamankan lisensi ekspor.
Minggu lalu, Kementerian Perdagangan China menuduh Amerika Serikat sengaja menciptakan kepanikan global dengan "salah menafsirkan" aturan ekspor baru Beijing. Namun, para analis memperingatkan bahwa pembatasan tersebut bisa menjerat pengguna komersial sipil, karena efek domino kebijakan yang sejatinya ditujukan untuk membatasi akses perusahaan pertahanan AS terhadap bahan penting.
Pembatasan ekspor tanah jarang ini adalah alat yang sangat kuat yang digunakan oleh China untuk mengendalikan ekspor dan mengatur pasokan mineral strategis. Menurut analisis dari Eurasia Group, kemampuan China untuk mengendalikan ekspor tanah jarang adalah kondisi permanen yang harus dihadapi oleh dunia.
Penurunan ini terjadi bahkan sebelum pemerintah China memperluas rezim perizinan ekspor yang diumumkan awal Oktober. Analisis dari Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan bahwa penurunan tajam ekspor magnet tanah jarang menunjukkan bahwa Beijing sadar sepenuhnya sedang memegang kartu kunci dalam perundingan perdagangan internasional.
China sempat menekan produsen otomotif global dengan pembatasan ekspor berbagai produk tanah jarang dan magnet terkait, saat perundingan dengan AS memanas terkait rencana Washington memberlakukan tarif baru ratusan persen terhadap barang-barang asal China.
Empat bulan kemudian, ancaman tarif baru dan pembatasan ekspor kembali muncul, memperkuat kekhawatiran bahwa Beijing akan menggunakan strategi lama yang sama, yakni menjadikan mineral strategis sebagai alat negosiasi dagang. Langkah ini berpotensi melanggar kesepakatan Juni lalu antara China dan AS untuk melonggarkan perdagangan mineral penting.
Meski ekspor pada September turun dari bulan sebelumnya, volume ekspor secara tahunan masih naik 17,5% dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun penurunan bulanan ini menandakan adanya hambatan baru bagi perusahaan-perusahaan yang bergantung pada pasokan China.
Media lokal melaporkan bahwa otoritas China kini memperketat proses pemberian izin ekspor, dengan pengawasan serupa seperti pada puncak perang dagang April lalu. Langkah itu membuat sejumlah perusahaan asing kesulitan mengamankan lisensi ekspor.
Minggu lalu, Kementerian Perdagangan China menuduh Amerika Serikat sengaja menciptakan kepanikan global dengan "salah menafsirkan" aturan ekspor baru Beijing. Namun, para analis memperingatkan bahwa pembatasan tersebut bisa menjerat pengguna komersial sipil, karena efek domino kebijakan yang sejatinya ditujukan untuk membatasi akses perusahaan pertahanan AS terhadap bahan penting.
Pembatasan ekspor tanah jarang ini adalah alat yang sangat kuat yang digunakan oleh China untuk mengendalikan ekspor dan mengatur pasokan mineral strategis. Menurut analisis dari Eurasia Group, kemampuan China untuk mengendalikan ekspor tanah jarang adalah kondisi permanen yang harus dihadapi oleh dunia.