Candi Kedulan, yang saat ini masih dikenal sebagai Candi Gunung Wukir, memiliki sejarah yang panjang dan mengerikan. Bangunan suci ini terletak di Desa Tirtomartani, Sleman, DIY, dan merupakan salah satu candi tertua di Jawa Tengah.
Menurut Prasasti Sumundul, Candi Kedulan dibangun sejak zaman pemerintahan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Namun, perintah pembangunan ini tidak dikeluarkan secara resmi sampai tahun 869 Masehi, ketika diperintahkan oleh ibu dari rakyan bernama Pu Manoharī.
Candi Kedulan memiliki keunikan tersendiri dalam arsitektur dan penataan ruangnya. Bangunan suci ini menerapkan sistem Wastupurusamandala, yang merupakan pedoman pembagian tata ruang di bangunan suci. Lingga patok menjadi pusat kudusannya.
Namun, Candi Kedulan tidak hanya memiliki sejarah yang menarik, tetapi juga mengalami beberapa kali kehancuran karena letusan Gunung Merapi. Pada saat pertama kali ditemukan pada tahun 1993, lokasi candi ini berada di daerah penambangan pasir, dan bagian-bagian dari candi ini pun sempat terserak di beberapa tempat.
Pekerja Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta masih melakukan pemeliharaan candi ini hingga saat ini. Mereka melakukan pengeboran dan pekerjaan penambangan untuk memperbaiki kondisi candi yang rusak akibat letusan Gunung Merapi.
Menurut Prasasti Sumundul, Candi Kedulan dibangun sejak zaman pemerintahan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Namun, perintah pembangunan ini tidak dikeluarkan secara resmi sampai tahun 869 Masehi, ketika diperintahkan oleh ibu dari rakyan bernama Pu Manoharī.
Candi Kedulan memiliki keunikan tersendiri dalam arsitektur dan penataan ruangnya. Bangunan suci ini menerapkan sistem Wastupurusamandala, yang merupakan pedoman pembagian tata ruang di bangunan suci. Lingga patok menjadi pusat kudusannya.
Namun, Candi Kedulan tidak hanya memiliki sejarah yang menarik, tetapi juga mengalami beberapa kali kehancuran karena letusan Gunung Merapi. Pada saat pertama kali ditemukan pada tahun 1993, lokasi candi ini berada di daerah penambangan pasir, dan bagian-bagian dari candi ini pun sempat terserak di beberapa tempat.
Pekerja Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta masih melakukan pemeliharaan candi ini hingga saat ini. Mereka melakukan pengeboran dan pekerjaan penambangan untuk memperbaiki kondisi candi yang rusak akibat letusan Gunung Merapi.