Cuaca ekstrem di Cilacap, akhirnya ternyata penyebab longsor yang terjadi beberapa hari lalu. Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, hujan dengan intensitas tinggi di Cilacap pada Kamis 13 November terus berlangsung dalam beberapa hari sebelumnya. Curah hujan mencapai 98,4 mm/hari dan 68 mm/hari pada 10-11 November lalu.
Rangkaian hujan tersebut membuat kondisi tanah semakin basah dan lereng menjadi lebih rentan terhadap pergerakan, kata Guswanto. Namun, dari sisi kondisi atmosfer, pola cuaca beberapa hari terakhir memang mendukung terbentuknya awan hujan di wilayah Jawa Tengah.
Kondisi atmosfer tersebut mendorong terbentuknya awan konvektif yang dapat menimbulkan hujan sedang hingga lebat, disertai kilat atau petir serta angin kencang. Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani juga menyampaikan bahwa kondisi kelembapan udara yang sangat tinggi pada beberapa lapisan mendukung pembentukan awan hujan dalam jumlah besar.
Dengan demikian, BMKG telah mengeluarkan Peringatan Dini Cuaca dan Iklim Ekstrem yang menyebutkan wilayah Cilacap berpotensi mengalami cuaca ekstrem pada periode 11-20 November lalu. Hujan sedang hingga lebat diperkirakan dapat terjadi kembali pada 19-22 November lalu.
Rangkaian hujan tersebut membuat kondisi tanah semakin basah dan lereng menjadi lebih rentan terhadap pergerakan, kata Guswanto. Namun, dari sisi kondisi atmosfer, pola cuaca beberapa hari terakhir memang mendukung terbentuknya awan hujan di wilayah Jawa Tengah.
Kondisi atmosfer tersebut mendorong terbentuknya awan konvektif yang dapat menimbulkan hujan sedang hingga lebat, disertai kilat atau petir serta angin kencang. Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani juga menyampaikan bahwa kondisi kelembapan udara yang sangat tinggi pada beberapa lapisan mendukung pembentukan awan hujan dalam jumlah besar.
Dengan demikian, BMKG telah mengeluarkan Peringatan Dini Cuaca dan Iklim Ekstrem yang menyebutkan wilayah Cilacap berpotensi mengalami cuaca ekstrem pada periode 11-20 November lalu. Hujan sedang hingga lebat diperkirakan dapat terjadi kembali pada 19-22 November lalu.