BMKG mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem yang akan melanda beberapa wilayah di Indonesia. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Menurut Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, potensi hujan sedang hingga lebat akan terjadi pada 10-12 November di sebagian besar Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara. Sementara itu, potensi hujan lebat-sangat lebat akan terjadi di Aceh, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, BMKG juga memprediksi potensi angin kencang terjadi di wilayah Banten, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Barat. Pada 13-16 November, potensi hujan lebat-sangat lebat masih akan terjadi di Bengkulu, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Peneliti BMKG menemukan bahwa peningkatan intensitas hujan dipicu oleh aktifnya berbagai faktor dinamika atmosfer berskala global, regional, dan lokal. Faktor-faktor ini, seperti Siklon Tropis FUNG-WONG, aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby Ekuator, masih aktif di wilayah Indonesia hingga pertengahan November 2025.
Oleh karena itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan mewaspadai perubahan cuaca mendadak seperti hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang. Masyarakat juga diimbau menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan saluran drainase berfungsi baik untuk mengurangi risiko genangan dan banjir.
Sementara itu, peneliti BMKG juga menemukan bahwa peningkatan curah hujan diprakirakan akan berdampak bagi nelayan dan pengguna transportasi laut. Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan terhadap potensi gelombang tinggi di Samudra Hindia barat Sumatra-selatan Jawa, Laut Banda, Laut Flores, dan Laut Arafura.
Menurut Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, potensi hujan sedang hingga lebat akan terjadi pada 10-12 November di sebagian besar Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara. Sementara itu, potensi hujan lebat-sangat lebat akan terjadi di Aceh, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, BMKG juga memprediksi potensi angin kencang terjadi di wilayah Banten, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Barat. Pada 13-16 November, potensi hujan lebat-sangat lebat masih akan terjadi di Bengkulu, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Peneliti BMKG menemukan bahwa peningkatan intensitas hujan dipicu oleh aktifnya berbagai faktor dinamika atmosfer berskala global, regional, dan lokal. Faktor-faktor ini, seperti Siklon Tropis FUNG-WONG, aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby Ekuator, masih aktif di wilayah Indonesia hingga pertengahan November 2025.
Oleh karena itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan mewaspadai perubahan cuaca mendadak seperti hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang. Masyarakat juga diimbau menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan saluran drainase berfungsi baik untuk mengurangi risiko genangan dan banjir.
Sementara itu, peneliti BMKG juga menemukan bahwa peningkatan curah hujan diprakirakan akan berdampak bagi nelayan dan pengguna transportasi laut. Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan terhadap potensi gelombang tinggi di Samudra Hindia barat Sumatra-selatan Jawa, Laut Banda, Laut Flores, dan Laut Arafura.