BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan di Level 4,75 Persen
Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2025 mendekati, Bank Indonesia (BI) memprediksi akan menahan suku bunga acuan (BI 7 Days Repo Rate) di level 4,75 persen. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan ketidakpastian global yang masih tinggi meningkatkan risiko perekonomian dunia.
Dengan kondisi ini, Josua melihat masih ada ruang pelonggaran suku bunga acuan yang bisa ditempuh Bank Indonesia pada Desember 2025. Namun, kebijakan ini harus tetap mempertimbangkan data ekonomi domestik, seperti tingkat inflasi, stabilitas rupiah, dan portofolio investasi.
Selain itu, sikap kebijakan The Fed terkait jalur suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di masa depan juga harus menjadi pertimbangan dalam keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia. Kebijakan ini harus mempertimbangkan potensi perubahan suku bunga acuan pada kuartal akhir 2025 yang disebabkan oleh inflasi yang terus meningkat dan tekanan eksternal.
Arus keluar modal meningkat meskipun The Fed memangkas suku bunga, didorong oleh kekhawatiran yang meningkat terkait risiko fiskal dan kuasi-fiskal. Sementara itu, ruang penurunan suku bunga acuan pada tahun ini lebih terbatas, namun ada kesempatan bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada 2026.
Dalam mempertimbangkan potensi defisit ganda, Bank Indonesia harus tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait kebijakan suku bunga acuan.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2025 mendekati, Bank Indonesia (BI) memprediksi akan menahan suku bunga acuan (BI 7 Days Repo Rate) di level 4,75 persen. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan ketidakpastian global yang masih tinggi meningkatkan risiko perekonomian dunia.
Dengan kondisi ini, Josua melihat masih ada ruang pelonggaran suku bunga acuan yang bisa ditempuh Bank Indonesia pada Desember 2025. Namun, kebijakan ini harus tetap mempertimbangkan data ekonomi domestik, seperti tingkat inflasi, stabilitas rupiah, dan portofolio investasi.
Selain itu, sikap kebijakan The Fed terkait jalur suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di masa depan juga harus menjadi pertimbangan dalam keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia. Kebijakan ini harus mempertimbangkan potensi perubahan suku bunga acuan pada kuartal akhir 2025 yang disebabkan oleh inflasi yang terus meningkat dan tekanan eksternal.
Arus keluar modal meningkat meskipun The Fed memangkas suku bunga, didorong oleh kekhawatiran yang meningkat terkait risiko fiskal dan kuasi-fiskal. Sementara itu, ruang penurunan suku bunga acuan pada tahun ini lebih terbatas, namun ada kesempatan bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada 2026.
Dalam mempertimbangkan potensi defisit ganda, Bank Indonesia harus tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait kebijakan suku bunga acuan.