Kegagalan Timnas Indonesia dalam mencapai tujuan di lapangan sendiri, mengecewakan publik. Kluivert yang digantikan oleh PSSI ini gagal memenuhi harapan. Dari tiga laga pertama, ganda kekalahan dari Irak dan Arab Saudi terdengar seperti musik berdarah.
Dengan satu anggaran besar dari pemilik klub PSSI Erick Thohir dan dukungan masyarakat yang mendukung tim, Kluivert dipercaya untuk membawa Indonesia kembali ke ajang Piala Dunia. Tapi, selama lima bulan, Timnas Garuda tidak dapat menunjukkan kemajuan dari awal. Dari laga ke-8nya, terdapat 4 kekalahan. Kemenangan hanya datang 1 kali dari tiga seri.
Rasa kesedihan di kalangan penggemar Indonesia memang tak bisa dibayangkan. Mereka yang selama ini mengandalkan Kluivert untuk membawa Indonesia kembali ke ajang besar pun merasa kecewa.
Namun, dari perspektif berbagai orang, terutama pengamat sepak bola, ada banyak alasan di balik gagalnya Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia. Sosok Kluivert ini memiliki portofolio yang tidak cukup untuk membantu mencapai keberhasilan timnas.
Saat ini terang-terangan terdapat faktor kegagalan dari taktik dan pilihan pemain oleh Kluivert, ditambahnya dengan mengandalkan pemain yang berasal dari asing tanpa juga memperbaiki kompetisi domestik.
Gagap ini menimbulkan ketidakpastian dalam diri para pendukung. Mereka merasa tidak yakin akan kemampuan timnas di masa depan, karena selama ini telah banyak kegagalan dari taktik pelatih yang dipilih oleh PSSI.
Sementara itu, keputusan menurunkan Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia jelas bukti dari kebijakan PSSI. Di kalangan pengamat, ada banyak orang mengatakan bahwa ini adalah langkah yang harus diambil untuk meningkatkan kualitas timnas.
Sekarang, setelah pemutusan kontrak Kluivert dan berakhirnya penunjukan pelatih tersebut, PSSI mulai memperbincangkan tentang pilihan pelatih baru. Namun, dari segi kebijakan di balik layar, masih banyak yang tersembunyi.
Sebagai contoh, pengamat sepak bola seperti Mohamad Kusnaeni mengatakan bahwa keputusan menurunkan Kluivert adalah konsekuensi logis dari hukum sepak bola. Pelatih yang gagal memenuhi target idealnya harus menyadari kesalahannya dan memberikan kesempatan pelatih lain yang lebih tepat.
Kusnaeni juga mengatakan bahwa PSSI perlu melakukan proses rekrutmen yang terbuka dan akuntabel untuk mencari pelatih baru yang paham budaya sepak bola Indonesia, terutama di Asia.
Dengan satu anggaran besar dari pemilik klub PSSI Erick Thohir dan dukungan masyarakat yang mendukung tim, Kluivert dipercaya untuk membawa Indonesia kembali ke ajang Piala Dunia. Tapi, selama lima bulan, Timnas Garuda tidak dapat menunjukkan kemajuan dari awal. Dari laga ke-8nya, terdapat 4 kekalahan. Kemenangan hanya datang 1 kali dari tiga seri.
Rasa kesedihan di kalangan penggemar Indonesia memang tak bisa dibayangkan. Mereka yang selama ini mengandalkan Kluivert untuk membawa Indonesia kembali ke ajang besar pun merasa kecewa.
Namun, dari perspektif berbagai orang, terutama pengamat sepak bola, ada banyak alasan di balik gagalnya Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia. Sosok Kluivert ini memiliki portofolio yang tidak cukup untuk membantu mencapai keberhasilan timnas.
Saat ini terang-terangan terdapat faktor kegagalan dari taktik dan pilihan pemain oleh Kluivert, ditambahnya dengan mengandalkan pemain yang berasal dari asing tanpa juga memperbaiki kompetisi domestik.
Gagap ini menimbulkan ketidakpastian dalam diri para pendukung. Mereka merasa tidak yakin akan kemampuan timnas di masa depan, karena selama ini telah banyak kegagalan dari taktik pelatih yang dipilih oleh PSSI.
Sementara itu, keputusan menurunkan Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia jelas bukti dari kebijakan PSSI. Di kalangan pengamat, ada banyak orang mengatakan bahwa ini adalah langkah yang harus diambil untuk meningkatkan kualitas timnas.
Sekarang, setelah pemutusan kontrak Kluivert dan berakhirnya penunjukan pelatih tersebut, PSSI mulai memperbincangkan tentang pilihan pelatih baru. Namun, dari segi kebijakan di balik layar, masih banyak yang tersembunyi.
Sebagai contoh, pengamat sepak bola seperti Mohamad Kusnaeni mengatakan bahwa keputusan menurunkan Kluivert adalah konsekuensi logis dari hukum sepak bola. Pelatih yang gagal memenuhi target idealnya harus menyadari kesalahannya dan memberikan kesempatan pelatih lain yang lebih tepat.
Kusnaeni juga mengatakan bahwa PSSI perlu melakukan proses rekrutmen yang terbuka dan akuntabel untuk mencari pelatih baru yang paham budaya sepak bola Indonesia, terutama di Asia.