GP Ansor DKI Jakarta dipimpin oleh Muhammad Ainul Yakin, yang sebelumnya dilantik sebagai komisaris Transjakarta. Ia memiliki latar belakang politik yang luas, termasuk menjadi kader Golkar dan maju sebagai calon anggota DPR RI pada pemilu 2024.
Namun, Ainul Yakin tidak berhasil meraih kursi di Senayan karena tidak mendapatkan suara yang cukup. Ia kemudian dipilih secara aklamasi sebagai Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor DKI Jakarta periode 2022-2026.
Sebagai komisaris Transjakarta, Ainul Yakin menyatakan komitmen "memperkuat moderasi beragama serta pemberdayaan masyarakat". Ia juga memiliki gelar doktor bidang Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir dari Institut PTIQ Jakarta pada 2024 lalu.
Dengan kepemimpinan yang kuat, GP Ansor DKI Jakarta terus meningkatkan kemampuan organisasi untuk menjadi perekat bekeragaman warga Jakarta. Namun, Ainul Yakin juga terlibat dalam polemik program acara "Xpose Uncensored" yang dinilai menyinggung pondok pesantren.
Pertanyaannya, bagaimana keberadaan Ainul Yakin sebagai komisaris Transjakarta dan kepemimpinannya di GP Ansor DKI Jakarta terlibat dengan polemik yang sedang berlangsung? Apakah ia benar-benar memiliki komitmen untuk memperkuat moderasi beragama serta pemberdayaan masyarakat, atau hanya sekedar menyinggung pondok pesantren?
Namun, Ainul Yakin tidak berhasil meraih kursi di Senayan karena tidak mendapatkan suara yang cukup. Ia kemudian dipilih secara aklamasi sebagai Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor DKI Jakarta periode 2022-2026.
Sebagai komisaris Transjakarta, Ainul Yakin menyatakan komitmen "memperkuat moderasi beragama serta pemberdayaan masyarakat". Ia juga memiliki gelar doktor bidang Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir dari Institut PTIQ Jakarta pada 2024 lalu.
Dengan kepemimpinan yang kuat, GP Ansor DKI Jakarta terus meningkatkan kemampuan organisasi untuk menjadi perekat bekeragaman warga Jakarta. Namun, Ainul Yakin juga terlibat dalam polemik program acara "Xpose Uncensored" yang dinilai menyinggung pondok pesantren.
Pertanyaannya, bagaimana keberadaan Ainul Yakin sebagai komisaris Transjakarta dan kepemimpinannya di GP Ansor DKI Jakarta terlibat dengan polemik yang sedang berlangsung? Apakah ia benar-benar memiliki komitmen untuk memperkuat moderasi beragama serta pemberdayaan masyarakat, atau hanya sekedar menyinggung pondok pesantren?