Kisah Bani Israil yang dikisahkan dalam Alquran dengan cara berbeda-beda mengenai pembunuhan saudara. Yang pasti, kisah ini menyampaikan pesan penting tentang bagaimana tidak bertanya terus-menerus.
Kisah ini berawal dari seorang lelaki kaya di kalangan Bani Israil yang sudah tua dan memiliki banyak keponakan. Namun, bukannya menunggu pamannya panjang umur, beberapa keponakannya justru menginginkan sang paman cepat meninggal. Akhirnya salah satu keponakan membunuh pamannya sendiri dan membuang jasadnya di persimpangan jalan. Mereka saling menyalahkan, bukan menyelesaikan masalah.
Ketika mereka mengadukan perkara ini kepada Nabi Musa AS, beliau berkata, "Atas nama Allah, aku menyumpah seseorang yang mengetahui perihal korban ini, untuk aku tanyai." Namun tidak ada satu pun yang mengaku. Ketika diminta menanyakan perkara itu langsung kepada Allah SWT, Nabi Musa AS memohon petunjuk.
Allah kemudian memerintahkan mereka untuk menyembelih seekor sapi betina. Perintah ini justru membuat mereka bertanya balik, "Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan?" Nabi Musa menjawab, "Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh."
Ketika mereka mencari sapi tersebut, setiap jawaban membuat kriteria sapi itu semakin spesifik dan sulit ditemukan. Hanya dengan menawar dengan harga emas seberat tubuh sapi itu, akhirnya pemiliknya enggan menyerahkan. Setelah tawaran dinaikkan berkali-kali barulah sapi itu diserahkan.
Akhirnya mereka menemukan sapi tersebut dan Nabi Musa AS memerintahkan mereka untuk memukulkan sebagian tubuh sapi itu ke jenazah korban pembunuhan. Allah SWT kemudian menghidupkan kembali mayat tersebut. Ketika Nabi Musa bertanya siapa pembunuhnya, sang paman menjawab, "Aku dibunuh keponakanku." Setelah itu ia kembali wafat.
Kisah ini menyampaikan pesan penting tentang bagaimana tidak bertanya terus-menerus. Ketika kita bertanya dan bertanya lagi, tidak jarang membuat masalah menjadi lebih rumit. Dalam hal ini, Nabi Musa AS menunjukkan bahwa dengan berpikir kritis dan berhati-hati, kita bisa menyelesaikan masalah dengan cepat dan efektif.
Kisah ini berawal dari seorang lelaki kaya di kalangan Bani Israil yang sudah tua dan memiliki banyak keponakan. Namun, bukannya menunggu pamannya panjang umur, beberapa keponakannya justru menginginkan sang paman cepat meninggal. Akhirnya salah satu keponakan membunuh pamannya sendiri dan membuang jasadnya di persimpangan jalan. Mereka saling menyalahkan, bukan menyelesaikan masalah.
Ketika mereka mengadukan perkara ini kepada Nabi Musa AS, beliau berkata, "Atas nama Allah, aku menyumpah seseorang yang mengetahui perihal korban ini, untuk aku tanyai." Namun tidak ada satu pun yang mengaku. Ketika diminta menanyakan perkara itu langsung kepada Allah SWT, Nabi Musa AS memohon petunjuk.
Allah kemudian memerintahkan mereka untuk menyembelih seekor sapi betina. Perintah ini justru membuat mereka bertanya balik, "Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan?" Nabi Musa menjawab, "Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh."
Ketika mereka mencari sapi tersebut, setiap jawaban membuat kriteria sapi itu semakin spesifik dan sulit ditemukan. Hanya dengan menawar dengan harga emas seberat tubuh sapi itu, akhirnya pemiliknya enggan menyerahkan. Setelah tawaran dinaikkan berkali-kali barulah sapi itu diserahkan.
Akhirnya mereka menemukan sapi tersebut dan Nabi Musa AS memerintahkan mereka untuk memukulkan sebagian tubuh sapi itu ke jenazah korban pembunuhan. Allah SWT kemudian menghidupkan kembali mayat tersebut. Ketika Nabi Musa bertanya siapa pembunuhnya, sang paman menjawab, "Aku dibunuh keponakanku." Setelah itu ia kembali wafat.
Kisah ini menyampaikan pesan penting tentang bagaimana tidak bertanya terus-menerus. Ketika kita bertanya dan bertanya lagi, tidak jarang membuat masalah menjadi lebih rumit. Dalam hal ini, Nabi Musa AS menunjukkan bahwa dengan berpikir kritis dan berhati-hati, kita bisa menyelesaikan masalah dengan cepat dan efektif.