Mahasiswa Universitas Jember (Unej) telah menciptakan teknologi pengering tembakau otomatis yang mengubah cara petani di Lumajang melawan berbagai tantangan. Alat ini, bernama Dry Toba, dirancang untuk mempercepat proses pengeringan tembakau hingga menjadi lebih cepat, higienis, dan ramah lingkungan.
Dry Toba merupakan hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan IPTEK (PKM-PI) Universitas Jember. Proyek ini mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Tim pelaksana proyek ini dipimpin oleh Rizki Agus Setyawan, yang menjelaskan bahwa sektor pertanian tembakau di Indonesia menghadapi tantangan besar akibat ketidakpastian iklim.
Di Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, proses pengeringan tembakau konvensional memakan waktu 7-10 hari dan sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. "Kerentanan itu memperpanjang waktu pengeringan hingga 15 hari, menyebabkan sekitar 30 persen produk tembakau mengalami penurunan mutu dan kerugian finansial akibat turunnya harga jual," kata Rizki.
Dry Toba dirancang sebagai jawaban atas masalah pengeringan yang dihadapi Sukatani Kelompok Tani Desa Bades. Alat ini dikembangkan untuk membantu proses pengeringan agar lebih cepat, higienis, dan ramah lingkungan. Mesin pengering modern Dry Toba dikembangkan untuk mengatasi kendala pengeringan yang selama ini menjadi hambatan utama petani.
Dry Toba dirancang untuk menjaga suhu ideal pada kisaran 30 derajat Celsius dan dapat bekerja otomatis selama 24 jam tanpa tergantung cuaca. Hasilnya, mesin mampu mengeringkan hingga 250 kilogram daun tembakau basah dalam 2-3 hari, jauh lebih cepat dibandingkan metode konvensional.
Inovasi yang diciptakan dapat meningkatkan efisiensi pengeringan hingga 70 persen dan mampu menekan tingkat kerusakan produk yang semula 30 persen menjadi hanya 3 persen. Dengan biaya operasional mesin yang diproyeksikan Rp 3 juta per musim, petani mitra dapat meningkatkan pendapatan bersih hingga 25 persen.
Program PKM-PI Unej ini tidak hanya menyerahkan alat, tetapi juga memberikan pelatihan intensif kepada petani mengenai cara perawatan alat, pemeliharaan suhu, serta pengelolaan hasil panen tembakau agar lebih bernilai jual di pasaran.
Dry Toba merupakan hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan IPTEK (PKM-PI) Universitas Jember. Proyek ini mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Tim pelaksana proyek ini dipimpin oleh Rizki Agus Setyawan, yang menjelaskan bahwa sektor pertanian tembakau di Indonesia menghadapi tantangan besar akibat ketidakpastian iklim.
Di Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, proses pengeringan tembakau konvensional memakan waktu 7-10 hari dan sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. "Kerentanan itu memperpanjang waktu pengeringan hingga 15 hari, menyebabkan sekitar 30 persen produk tembakau mengalami penurunan mutu dan kerugian finansial akibat turunnya harga jual," kata Rizki.
Dry Toba dirancang sebagai jawaban atas masalah pengeringan yang dihadapi Sukatani Kelompok Tani Desa Bades. Alat ini dikembangkan untuk membantu proses pengeringan agar lebih cepat, higienis, dan ramah lingkungan. Mesin pengering modern Dry Toba dikembangkan untuk mengatasi kendala pengeringan yang selama ini menjadi hambatan utama petani.
Dry Toba dirancang untuk menjaga suhu ideal pada kisaran 30 derajat Celsius dan dapat bekerja otomatis selama 24 jam tanpa tergantung cuaca. Hasilnya, mesin mampu mengeringkan hingga 250 kilogram daun tembakau basah dalam 2-3 hari, jauh lebih cepat dibandingkan metode konvensional.
Inovasi yang diciptakan dapat meningkatkan efisiensi pengeringan hingga 70 persen dan mampu menekan tingkat kerusakan produk yang semula 30 persen menjadi hanya 3 persen. Dengan biaya operasional mesin yang diproyeksikan Rp 3 juta per musim, petani mitra dapat meningkatkan pendapatan bersih hingga 25 persen.
Program PKM-PI Unej ini tidak hanya menyerahkan alat, tetapi juga memberikan pelatihan intensif kepada petani mengenai cara perawatan alat, pemeliharaan suhu, serta pengelolaan hasil panen tembakau agar lebih bernilai jual di pasaran.