Banjir Besar di Semarang: Ribuan Warga Terdampak
Setelah berhari-hari, banjir besar semakin menyerap semarang. Sejak awal Oktober, warga sudah mengalami kerugian yang tidak sedikit. Sekitar 63.000 jiwa dari 23 kelurahan di 5 kecamatan terkena dampak banjir ini.
"Banjir besi menghampiri kita semakin sering dan berat. Kita harus berhati-hati agar tidak terjebak," kata salah satu warga.
Di Kaligawe, jalur yang biasanya sibuk menjadi larutan air hingga setinggi nyaris satu meter. Bahkan kendaraan kecil tak bisa melintas, jadi truk-truk besar masih beroperasi dengan normal.
Sementara itu, area permukiman seperti Tlogosari, Sawah Besar, dan Genuk terendam air. Ketinggian air bervariasi sehingga sangat sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Akibat banjir, PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengatur ulang rute perjalanan kereta api akibat jalur rel yang tergenang. Bahkan pendirian dapur umum di 3 kecamatan, yakni Gayamsari, Pedurungan, dan Genuk, dibuka untuk membantu warga terdampak.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupaya memodifikasi cuaca untuk mengurangi hujan. Namun, suara kritis di media sosial, mempertanyakan efektivitas penanganan banjir.
Koordinasi Penanganan Banjir dan Solusi Jangka Panjang
Dampak banjir ini sangat menantang. Usulan Perdamaian Wilayah Sungai (PWS) di sungai Sringin dan Tenggang diharapkan untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi banjir.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menyatakan bahwa proyek Kolam Retensi Terboyo akan menjadi solusi untuk banjir Semarang. "Jangan sampai kita membiarkan krisis ini semakin berat," katanya.
Setelah beberapa hari, banjir perlahan surut dan jalur utama seperti Kaligawe kembali berfungsi normal. Meski masih ada beberapa kubangan air tetapi sudah tidak terlalu parah.
Masyarakat juga menunjukkan semangat gotong royong dengan menghibahkan tanah untuk pembangunan sodetan.
Setelah berhari-hari, banjir besar semakin menyerap semarang. Sejak awal Oktober, warga sudah mengalami kerugian yang tidak sedikit. Sekitar 63.000 jiwa dari 23 kelurahan di 5 kecamatan terkena dampak banjir ini.
"Banjir besi menghampiri kita semakin sering dan berat. Kita harus berhati-hati agar tidak terjebak," kata salah satu warga.
Di Kaligawe, jalur yang biasanya sibuk menjadi larutan air hingga setinggi nyaris satu meter. Bahkan kendaraan kecil tak bisa melintas, jadi truk-truk besar masih beroperasi dengan normal.
Sementara itu, area permukiman seperti Tlogosari, Sawah Besar, dan Genuk terendam air. Ketinggian air bervariasi sehingga sangat sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Akibat banjir, PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengatur ulang rute perjalanan kereta api akibat jalur rel yang tergenang. Bahkan pendirian dapur umum di 3 kecamatan, yakni Gayamsari, Pedurungan, dan Genuk, dibuka untuk membantu warga terdampak.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupaya memodifikasi cuaca untuk mengurangi hujan. Namun, suara kritis di media sosial, mempertanyakan efektivitas penanganan banjir.
Koordinasi Penanganan Banjir dan Solusi Jangka Panjang
Dampak banjir ini sangat menantang. Usulan Perdamaian Wilayah Sungai (PWS) di sungai Sringin dan Tenggang diharapkan untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi banjir.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menyatakan bahwa proyek Kolam Retensi Terboyo akan menjadi solusi untuk banjir Semarang. "Jangan sampai kita membiarkan krisis ini semakin berat," katanya.
Setelah beberapa hari, banjir perlahan surut dan jalur utama seperti Kaligawe kembali berfungsi normal. Meski masih ada beberapa kubangan air tetapi sudah tidak terlalu parah.
Masyarakat juga menunjukkan semangat gotong royong dengan menghibahkan tanah untuk pembangunan sodetan.