Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa total kapasitas smelter bauksit yang telah dibangun mencapai 17,5 juta ton. Ini adalah hasil dari kebijakan pelarangan ekspor bijih bauksit yang berlaku efektif sejak Juni 2023. Kebijakan ini menjadi pendorong utama investasi di sektor hilir, dan Bahlil menekankan bahwa hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Bahlil juga mengakui bahwa realisasi investasi di sektor minerba masih perlu ditingkatkan. Tahun ini, target investasi hilirisasi sektor minerba ditetapkan sebesar 7-8 miliar dolar AS, namun hingga Agustus realisasinya baru mencapai 3-4 miliar dolar AS.
Menurut Bahlil, hilirisasi bauksit ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri nasional. Saat ini masih banyak impor untuk produk-produk turunan dari bauksit, yaitu aluminium. Namun, Bahlil percaya bahwa kapasitas smelter yang telah dibangun dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Dengan adanya kebijakan pelarangan ekspor bijih bauksit, kita dapat meningkatkan investasi di sektor hilir dan memenuhi kebutuhan industri nasional," kata Bahlil.
Bahlil juga mengakui bahwa realisasi investasi di sektor minerba masih perlu ditingkatkan. Tahun ini, target investasi hilirisasi sektor minerba ditetapkan sebesar 7-8 miliar dolar AS, namun hingga Agustus realisasinya baru mencapai 3-4 miliar dolar AS.
Menurut Bahlil, hilirisasi bauksit ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri nasional. Saat ini masih banyak impor untuk produk-produk turunan dari bauksit, yaitu aluminium. Namun, Bahlil percaya bahwa kapasitas smelter yang telah dibangun dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Dengan adanya kebijakan pelarangan ekspor bijih bauksit, kita dapat meningkatkan investasi di sektor hilir dan memenuhi kebutuhan industri nasional," kata Bahlil.