Bagong, Punakawan Kritis yang Dibenci Belanda

Ada yang janggal dalam lakon Bambangan, di mana Semar, Gareng, Petruk berbaris menghadap Raden Wijanarka. Di sana pun tidak ada Bagong seperti biasanya, sang anak bontot Semar. Mungkin ini merupakan salah satu bukti bahwa tokoh-tokohnya sudah mulai diganggu oleh kekuasaan kolonial Belanda.

Punakawan sering digunakan sebagai simbol filosofis guyon parikena atau "kejenakaan yang mengena". Lebih dari itu, para dalang gunakan Bagong dalam lakon-lakonnya sebagai representasi kritis kepada pemerintahan. Misalnya, ada dua lakon dari Ki Seno Nugroho yaitu “Bagong Mbrantas Korupsi” dan “Suara Bagong Suara Rakyat Kecil.”
 
Maaf kan aja, tapi aku pikir ini ada hubungannya dengan kelanjutan film "Rajawali Biru" nih 🤔. Aku lihat ada penambahannya bagong tidak muncul, tapi aku rasa ini hanya tekanan dari pihak kolonial. Mungkin mereka ingin mengurangi konflik antara Raden Wijanarka dengan Semar dan orang lain. Kalau benar, itu juga bisa jadi strategi untuk mengancam kekuasaan Semar sebagai tokoh yang sangat berpengaruh dalam masyarakat Jawa. Dan kira-kira Bagong bisa menjadi simbol dari konflik tersebut, tapi aku pikir ada cara yang lebih cerdas daripada hanya tidak muncul di layar. Mungkin ada cara lain agar mereka tetap relevan dalam masyarakat, seperti dengan mengintegrasikannya ke dalam konten lain 📺.
 
Gue pikir ada sesuatu yang salah juga sama-sama dengan gue. Lakon Semar itu kayaknya sengaja dipaksa agak jenuh aja, gak berarti ada masalah dalam cerita sama bagong kan? Gue rasa kalau ini ada tujuan lain, mungkin buat orang-orang di masa lalu bisa belajar dari kesalahan-kesalahan masa kecil ya. Nah, si Bagong kayaknya punya peran penting di balik kisah Semar dan saudaranya. Gue pikir itu bikin cerita lebih menarik aja, bisa ngajarkan kita tentang pentingnya kesadaran dan pemerintahan yang adil.
 
Koloni Belanda pasti juga mengganti- replace Semar dengan bagong sih 🤔. Dulu Bambangan kayaknya sih sama-sama tokoh utama, tapi sekarang ada ini Raden Wijanarka yang lebih populer 🙄. Dan apa lagi, Bagong sih anak bontot dari Semar, itu sih cara kolonial Belanda menggantikan Simuran dengan bagong sih 🤑. Tapi jangan salah paham, aku tidak ngakut asing sama punakawan di balik wayang ini 😂. Jadi, siapa yang bilang bagong sih simbol filosofis? 🤓 Mungkin kolonial Belanda yang sengaja membuatnya jadi simbol kritik aja 🙃.
 
Pokoknya, saya rasa semarangnya kayak gak teratur aja. Di masa lalu, Semar selalu sama-sama dengan Bagong, tapi kini ada yang buntul dan ada yang tidak ada. Mungkin ini karena mereka ingin memberikan pesan apa? Nah, saya pikir ada hubungannya dengan kekuasaan Belanda di masa lalunya, tapi gak pasti. Saya penasaran apa pesan dari dalangnya, mungkin kayaknya ada di balik lakon-lakon semarang itu 😊
 
Gue bayangin bagong semar kayak anak kecil sakti gak bisa berdiri sendiri kayak biksu, tapi di lakon Bambangan bagong terlihat mantap sekali 😂. Gue rasa ini gak sesuai sama cerita sebenarnya. Gue penasaran kenapa bagong tidak tampil seperti biasanya, mungkin ada yang mau ngajak bagong ke kolonial Belanda kan? 🤔. Tapi ayo kita fokus pada filmnya itu aja, bukan soal politik. Gue suka lagu soundtrack filmnya, sangat konsantrasi dan membuat gue tak sabar! 🎵
 
Aku pikir Bambangan gak cukup nyantrai. Di balik semangat perlawanan, ada yang kurang jelas. Apakah Semar benar-benar masih peduli dengan kehidupan anaknya? Tapi aku nggak terlalu menyangka hal ini karena Bambangan juga gampang memengaruhi para pendhak penggemarnya.
 
Maafkan aku, aku jadi penasaran apa itu Pak Bambangan? Aku dengerin lakon Semar-Gareng-Petruk berbaris menghadap Raden Wijanarka... tapi siapa Raden Wijanarka? Aku belum pernah dengerin lakonnya sebelumnya... dan di mana ada Bagong, anak bontot Semar itu? Aku pikir jadi bagian dari cerita atau apa? Dan ini tentang kekuasaan kolonial Belanda? Aku tahu ada masalah dengan Belanda, tapi aku rasa sedikit curiga tentang simbol filosofis guyon parikena... apa itu sori? 😂
 
aku rasa bagus banget kalau ada perubahan dalam lakon Semar, gareng, petruk. aku senang melihat tokoh-tokohnya tidak ketinggalan, terutama Bagong si anak bontot Semar. kalau bagong tidak ada, maka makanya justru semar dan teman-temannya kayak aja. tapi aku penasaran, apa arti dari kehadiran Bambangan di lakon ini? apakah dia cuma sekedar tokoh yang baru atau ada yang tertutup dalam cerita?
 
Ada yang janggal dengan Semar, Gareng, Petruk berbaris di depan Raden Wijanarka sih... Tapi aku pikir ada sesuatu yang lebih dalam di balik pernyataannya. Mungkin ada konspirasi yang tidak kita tahu? Kenapa Bagong tidak ada? Aku yakin itu bukan kebetulan aja. Mungkin ada orang yang ingin memberikan pesan, tapi dengan cara yang tidak langsung. Aku masih ragu-ragu, tapi aku akan mencari informasi lebih lanjut tentang ini... 🤔💭
 
Maksudnya, Semar gini sudah jadi simbol protes terhadap kekuasaan kolonial Belanda ya 🤔. Dan kalau kita lihat lagi, ada Bambangan yang berbaris di hadapan Raden Wijanarka, tapi tidak ada Bagong. Maksudnya, anak bontot Semar ini sudah bule kaya gini... tapi apa artinya sih? 🤷‍♂️ Langkah sembari langkah mereka nanti bakal bagaimana, apakah semuanya akan berakhir dengan kejatuhan pemerintahan Belanda atau tidak? Tapi ada suka-sukaan para dalang yang ingin mengkritik sistem pemerintahan itu. Bagong sebagai simbol rakyat yang kecil dan lemah. Maksudnya, kalau kita semua menjadi satu suara, kita bisa melawan kekuasaan ini 😊.
 
Bambangan kayaknya lagi bawa konflik antara kekuatan siapa 🤔. Semar, Gareng, Petruk kayaknya udah capek dengan Kolonial Belanda 😒. Dan apa dengan Bagong? Mungkin diisi aja oleh orang lain yang mau mengkritik pemerintahan...
 
Rasaanya ada sesuatu yang tidak enak di sini... Bambangan itu sering-sering nonton kuis lakon semar, kalau gini kemana kabarnya sih? Semua pemanahnya sudah jadi komedi, Petruk-nya bisa berbunyi seperti hewan, Gareng-nya bisa jago balap, dan bagong apa lagi? Siapa tahu lah, mungkin ada yang salah di belakang layar...
 
Aku pikir kayak gini, kalau ada Semar tanpa Bagong di lakukan lakonnya, itu kayaknya sedang menggantung pada kekuasaan kolonial Belanda. Aku rasa ini salah satu tanda bahwa mereka mulai menguasai. Dan semuanya nggak beres di Indonesia.
 
Jika tidak punya anak, bagai gajah tanpa taring :D

Dan aku pikir ada hal yang lebih janggal dari kehadiran Semar dan teman-temannya saat Raden Wijanarka. Kalau bukan, kenapa kita masih punya cerita yang menggambarkan Bagong seperti anak bontot? Ini kayaknya menunjukkan bahwa tokoh-tokoh dalam cerita sudah mulai dipengaruhi oleh kekuasaan kolonial Belanda.
 
Pokoknya kayaknya semar jadi anak bontot kalau gak ada bagong, ini kayaknya cobaan dari dewa-dewa kita ya! Semar kayaknya punya siasat sendiri kalau dia bisa mengendalikan bagong aja. Tapi kayaknya kita harus waspada, kalau pemerintah kolonial Belanda ini mulai mengganggu cerita-cerita kita. Kita harus terus mempertahankan semangat dan kekuatan kita, jangan biarkan mereka mengubah cerita-cerita kita menjadi cerita lain! 🙅‍♂️👊
 
Aku pikir semar itu jadi korban saja aja kalau tidak ada bagong. Bagong tuh wajah dari Semar yang cerdas, tapi juga suka mengadu terhadap Raden Wijanarka. Akan lebih serius kalau bagong jadi tokoh utama. Dan kan ada banyak lakon yang menceritakan tentang korupsi, tapi jangan pernah ada tokoh yang menyampaikan pesan tersebut secara langsung aja. Bagong udah bukti bahwa Semar tidak bisa sendirian mengadu terhadap kekuasaan Belanda... 😒
 
kembali
Top