Avoidant Attachment dalam Hubungan? Ini Ciri-Cirinya

Pola Keterikatan yang Menolak: Apa itu dan Bagaimana Membangun Kedekatan Emosional yang Sehat

Dalam hubungan, setiap orang mengekspresikan kasih sayang dengan cara berbeda. Seringkali ada pola keterikatan yang tidak kita sadari, yaitu gaya keterikatan menghindar atau avoidant attachment. Ini adalah ciri-cirinya dan bagaimana menghadapinya?

Pada awalnya, individu dengan gaya keterikatan ini tampak mandiri, sulit terbuka, dan cenderung menolak kedekatan emosional. Perlu diingat bahwa menghindari hubungan atau kecemasan akan berinteraksi sangat umum. Jika kamu dan pasanganmu sering merasa tidak nyaman saat hubungan mulai terasa terlalu intim, kemungkinan besar itu berkaitan dengan gaya keterikatan ini.

Gaya keterikatan avoidant adalah salah satu dari empat tipe keterikatan dalam psikologi. Seringkali terbentuk sejak masa kecil ketika seseorang berada di dalam lingkungan yang menekankan diri sendiri secara emosional, membuat mereka cenderung menjaga jarak dan kurang nyaman dengan kedekatan emosional. Individu ini mungkin tampak kuat dan mandiri, tetapi sebenarnya kesulitan membangun rasa aman dalam hubungan yang intim.

Penyebab sikap avoidant attachment style ini adalah hal yang kompleks dan bisa berkisar dari pengalaman masa kecil hingga faktor biologis. Berikut beberapa penyebab umumnya:

1. **Pola asuh kaku dan terlalu keras**
Orang tua yang menuntut ketepatan tanpa memberi ruang untuk berdialog dapat membuat anak menekan perasaannya. Dalam situasi seperti ini, anak belajar untuk tidak mengekspresikan diri dan akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang tertutup serta sulit percaya pada orang lain.
2. **Pengalaman rejeksi dan perbedaan perlakuan sejak kecil**
Penolakan adalah salah satu mekanisme dari penolakan. Ketika anak sering merasa ditolak, dibandingkan, atau dianggap tidak cukup baik, mereka bisa kehilangan kepercayaan terhadap hubungan sosial. Sebagai mekanisme pertahanan, anak belajar untuk tidak bergantung pada orang lain karena takut disakiti kembali.
3. **Orang tua yang tidak responsif secara emosional**
Anak yang tumbuh bersama orang tua yang tidak merespons kebutuhan emosionalnya akan belajar menekan keinginan untuk mencari dukungan. Mereka merasa lebih aman bergantung pada diri sendiri dibandingkan mengharapkan kenyamanan dari orang lain.
4. **Faktor genetik**
Beberapa penelitian menunjukkan sekitar 40% kecenderungan terhadap gaya keterikatan ini mungkin berasal dari gen yang memengaruhi regulasi emosi dan respons terhadap stres. Namun, hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dipahami sepenuhnya.
5. **Pengasuh yang juga memiliki gaya avoidant**
Anak-anak sering meniru perilaku emosional orang dewasa di sekitarnya. Jika orang tua atau pengasuh memiliki gaya keterikatan avoidant, anak akan belajar bahwa menjaga jarak emosional adalah hal yang wajar. Akibatnya, mereka tumbuh tanpa pemahaman yang sehat tentang kedekatan emosional.
6. **Kurangnya sentuhan fisik dan kelembutan**
Minimnya sentuhan seperti pelukan atau belaian dapat membuat anak merasa tidak dicintai atau tidak penting. Padahal, kontak fisik menjadi kunci dalam membangun rasa aman secara emosional. Kurangnya kasih sayang semacam ini membuat anak cenderung menjaga jarak dan sulit terbuka saat dewasa.
7. **Pengalaman trauma di masa kecil**
Kekerasan fisik, pelecehan emosional, atau pengalaman buruk lain dapat menumbuhkan rasa takut untuk membuka diri. Anak yang pernah mengalami trauma akan menarik diri dan menutup akses emosinya sebagai bentuk perlindungan, yang kemudian terbawa hingga hubungan dewasa.

Orang dengan gaya keterikatan avoidant sering kali terlihat tenang, mandiri, dan tidak terlalu membutuhkan kedekatan emosional. Namun di balik sikap tersebut, mereka sebenarnya memiliki mekanisme pertahanan diri yang kuat terhadap rasa takut akan ketergantungan dan penolakan.

Berikut beberapa ciri khas yang umumnya muncul pada individu dengan gaya keterikatan ini:

1. **Menghindari menunjukkan kerentanan emosional**
Mereka cenderung sulit terbuka tentang perasaan yang mendalam, baik kepada pasangan maupun orang terdekat. Mengungkapkan emosi sering dianggap sebagai tanda kelemahan, sehingga mereka memilih menahan diri dan menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakan.
2. **Menghindari kedekatan yang terlalu intim**
Mereka akan mulai menjaga jarak saat hubungan mulai terasa terlalu emosional atau intens. Mereka bisa tiba-tiba menarik diri, menjadi dingin, atau sibuk dengan hal lain sebagai cara untuk menghindari kedekatan yang membuat mereka tidak nyaman.
3. **Tidak nyaman dengan ekspresi kasih sayang**
Sentuhan fisik, pujian, atau kata-kata penuh kasih bisa membuat mereka canggung atau tidak tahu cara merespons. Mereka lebih memilih menunjukkan kasih sayang melalui tindakan praktis, bukan ekspresi emosional.
4. **Menarik diri saat terjadi konflik**
Alih-alih membicarakan masalah, mereka akan lebih memilih diam, menjauh, atau mengalihkan perhatian untuk menghindari perasaan tidak nyaman atau perdebatan emosional yang menurut mereka melelahkan.
5. **Cenderung fokus pada kemandirian daripada hubungan**
Mereka sering memprioritaskan pekerjaan, hobi, atau kegiatan pribadi dibandingkan membangun hubungan emosional yang mendalam. Ketika dihadapkan pada pilihan antara hubungan dan kebebasan, mereka cenderung memilih untuk menjaga ruang pribadi.

Menghadapi seseorang dengan gaya keterikatan avoidant perlu dilakukan dengan sabar dan tanpa tekanan. Hindari memaksa mereka untuk terbuka, tetapi tunjukkan konsistensi, kejujuran, dan rasa aman agar mereka perlahan merasa nyaman menjalin kedekatan.

Jika kamu sendiri memiliki pola keterikatan ini, cobalah memahami akar penyebabnya dan pertimbangkan untuk mengikuti terapi untuk membantu membangun hubungan yang lebih sehat secara emosional.
 
Aku pikir gaya keterikatan avoidant seperti ni paling umum banget di kalangan orang dewasa. Aku sendiri juga pernah merasakan sedikit-nye like itu dgn pasangannya, tapi aku coba terapi dan sekarang aku sudah nyaman ngobrol aja sama dia, gampang banget!
 
Gaya keterikatan ini pasti banyak orang Indonesia yang mengalaminya sih... tapi aku pikir apa yang membuatku sedih adalah ketika seseorang mencoba terhubung, tapi mereka tidak bisa langsung terbuka dan bisa jadi menolak dengan cara seperti "aku lewat" atau "aku tidak mau bicara" 🤷‍♂️

Kurangnya kasih sayang dan sentuhan fisik di masa kecil pasti sangat berpengaruh sih... orang tua yang tidak merespons perasaan anak-anak mereka juga bisa menumbuhkan rasa takut akan ketergantungan dan penolakan. 🤕
 
Gue pikir gaya keterikatan avoidant itu seperti cermin yang diputar ke belakang, siapa yang nyaman aja kalau tidak perlu ngomong banyak hal tapi gue cuma suka ngebicar aja. padahal aku sengaja bilang aku punya kesulitan dalam hubungan deh
 
🤔 Saya pikir banyak orang Indonesia tidak sadari apakah mereka punya gaya keterikatan ini, kan? 🙃 Bayangkan kalau kamu sedang dalam hubungan, tapi kamu selalu menarik diri saat cinta mulai meresap. Kamu bisa terkesan mandiri dan kuat, tapi sebenarnya kamu hanya takut mengekspresikan perasaanmu sendiri. 🤷‍♀️
 
Gaya keterikatan seperti ini di Indonesia paling umum terjadi di kalangan orang dewasa muda kanak-kanak yang masih belum menemukan pasangan. Mereka sulit terbuka dan menunjukkan perasaan diri karena takut ditolak atau tidak diterima oleh orang lain.
 
gaya keterikatan ini gak ngerti kok 😕 banyak hal yang harus ditekan untuk bisa terbuka, tapi apa salahnya kok? mungkin karena sering ditinggalkan atau tidak dihargai dalam masa kecil itu... tapi sengaja kita bilang siapa aja kalau mau berubah 💪
 
haha waaah, aku rasa aku punya gaya keterikatan seperti itu dulu. sih kalau anak kecil aku tidak banyak berbicara dengan orang tua, dan banyak waktu aku sibuk bermain aja jangan diinteraksi terlalu serius. tp kali aku dewasa kemudian aku nyesel banyak ya 😅. apa lagi kisahnya?
 
Aku pikir kalau gaya keterikatan yang menolak seperti itu tapi juga ada cara buat melepas ikatan ini. Aku yakin kalau kita coba bermimpi dan menerapkan kontak fisik, seperti pelukan atau belaian halus, bisa mengubah segalanya! 😊 Mungkin kalau kita nantinya bisa mengenal seseorang yang juga memiliki gaya keterikatan ini, kita bisa saling membantu untuk melepas ikatan tersebut dan menggantinya dengan rasa aman dan intim.
 
Maaf sih, aku sengaja tidak ngebawa teks apa aja 🤷‍♂️. Aku rasa kaya pilihannya ada banyak cara untuk menghadapinya. Kamu bisa berusaha memberikan ruang dan waktu bagi orang tersebut untuk terbuka dan percaya diri lebih baik. Yang penting adalah tidak memaksa tapi menunjukkan kejujuran serta rasa aman 💕.
 
Saya pikir kalau kita harus menghadapi orang dengan gaya keterikatan avoidant, kita harus lebih sabar dan tidak langsung menekan mereka untuk terbuka. Kita harus menyadari bahwa mereka mungkin merasa sangat takut untuk membuka diri karena alasan yang sudah terlalu banyak dialami sejak kecil.

Mereka bisa tiba-tiba menjadi dingin atau menarik diri jika kita terlalu serius atau memaksa mereka untuk terbuka. Kita harus mulai dari hal-hal kecil dan menunjukkan rasa aman agar mereka merasa nyaman berbagi diri.

Tapi, ada satu hal yang perlu diingat yaitu, kita juga tidak boleh sampai terlalu rendah atau mau membiarkan mereka mengontrol hubungan kita. Kita harus mencari keseimbangan dan menunjukkan bahwa kita juga mampu menyembunyikan diri sendiri jika itu adalah kebutuhan dari kita.

Jika kamu sendiri memiliki gaya keterikatan seperti ini, aku sarankan untuk mencari bantuan profesional agar kita bisa mengatasi hal ini dengan cara yang lebih sehat dan menyenangkan.
 
iya, kalau gak sengaja aku tahu tentang gaya keterikatan avoidant ya. pernah aku kenal orang dengan gaya itu, dia pake sentuhan fisik yang kurang, dan selalu jauh dari percakapan yang mendalam. aku coba ngobrol denga dia, tapi dia tak pernah langsung membuka diri. sekarang setelah aku baca artikel tentang gaya keterikatan itu, aku bisa memahami kenapa dia seperti itu. mungkin dia punya pengalaman masa kecil yang membuatnya tumbuh seperti itu.
 
Kurangnya kasih sayang dari orang tua juga mempengaruhi anak menjadi tertutup dalam hubungan. Belum pernah ada kasih sayang membuat anak merasa tidak penting, tapi di sisi lain berlebihan kasih sayang juga bisa jadi mengalami penolakan.
 
Pak, kalau aku tahu gaya keterikatan apa yang bikin pasangan merasa tidak nyaman, aku bisa coba memberikan dukungan lebih baik. Aku pikir banyak dari kita yang pernah mengalami situasi seperti itu di masa lalu, ya?
 
Gaya keterikatan avoidant bisa jadi penyebab dari rasa tidak nyaman saat kita berinteraksi dengan orang lain 😐. Mungkin pengalaman masa kecil yang berat seperti sengaja ditolak atau rejeksi emosional dari orang tua membuat kita belajar menutup diri dan tidak percaya pada hubungan sosial.

Tapi kalau kamu sering merasa sulit terbuka tentang perasaan, cobalah untuk terbuka dulu 😊. Jangan takut untuk menunjukkan kerentanan emosional, karena itu bisa membantu orang lain untuk melihat kamu dengan lebih dekat dan mengerti perasaan kamu.
 
kembali
Top