PENTAGON kembali mengoperasikan senjata untuk melancarkan serangan ke-21 terhadap kapal yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkotika di wilayah Pasifik Timur. Operasi ini dilaksanakan oleh Komando Selatan Amerika Serikat (US Southern Command) dan berhasil menewaskan tiga pria teroris narkotika yang berada di kapal tersebut.
Menurut sumber, serangan tersebut bertujuan untuk menghambat aliran narkotika ilegal ke Amerika Serikat. Pemerintah AS telah menyatakan bahwa operasi ini dilaksanakan tanpa persetujuan legislatif dan tidak akan mempengaruhi hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.
Namun, beberapa pakar menilai bahwa operasi ini berpotensi melanggar hukum AS maupun hukum internasional. Sejumlah negara, termasuk Inggris, telah menghentikan berbagi intelijen dengan AS terkait kapal-kapal yang dicurigai terlibat penyelundupan narkotika.
Presiden Kolombia juga menyatakan memerintahkan negaranya untuk menangguhkan berbagi intelijen dengan Amerika Serikat, hingga serangan-serangan tersebut dihentikan. Dengan demikian, operasi militer AS terhadap kapal yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkotika semakin menjadi sorotan perhatian masyarakat dunia.
Total korban tewas dalam rangkaian operasi militer AS terhadap kapal yang diklaim terkait penyelundupan narkotika telah mencapai 83 orang. Serangan ini menunjukkan kekhawatiran akan keamanan dan keselamatan di wilayah Pasifik Timur, serta ketidakstabilan dalam perdagangan narkotika internasional.
Sementara itu, militer AS menggunakan berbagai jenis senjata, termasuk pesawat tempur, drone, dan gunship, dalam operasi ini. Namun, pemerintah AS tidak memberi jelas apakah semua kegiatan tersebut telah memenuhi standar hukum internasional.
Dalam rangkaian serangan-serangan ini, masih ada ketegangan diplomatik yang semakin meningkat antara negara-negara dan Amerika Serikat.
Menurut sumber, serangan tersebut bertujuan untuk menghambat aliran narkotika ilegal ke Amerika Serikat. Pemerintah AS telah menyatakan bahwa operasi ini dilaksanakan tanpa persetujuan legislatif dan tidak akan mempengaruhi hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.
Namun, beberapa pakar menilai bahwa operasi ini berpotensi melanggar hukum AS maupun hukum internasional. Sejumlah negara, termasuk Inggris, telah menghentikan berbagi intelijen dengan AS terkait kapal-kapal yang dicurigai terlibat penyelundupan narkotika.
Presiden Kolombia juga menyatakan memerintahkan negaranya untuk menangguhkan berbagi intelijen dengan Amerika Serikat, hingga serangan-serangan tersebut dihentikan. Dengan demikian, operasi militer AS terhadap kapal yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkotika semakin menjadi sorotan perhatian masyarakat dunia.
Total korban tewas dalam rangkaian operasi militer AS terhadap kapal yang diklaim terkait penyelundupan narkotika telah mencapai 83 orang. Serangan ini menunjukkan kekhawatiran akan keamanan dan keselamatan di wilayah Pasifik Timur, serta ketidakstabilan dalam perdagangan narkotika internasional.
Sementara itu, militer AS menggunakan berbagai jenis senjata, termasuk pesawat tempur, drone, dan gunship, dalam operasi ini. Namun, pemerintah AS tidak memberi jelas apakah semua kegiatan tersebut telah memenuhi standar hukum internasional.
Dalam rangkaian serangan-serangan ini, masih ada ketegangan diplomatik yang semakin meningkat antara negara-negara dan Amerika Serikat.