Antrean Rendang IKM di Tokyo Mengular, Pengunjung Rela Tunggu hingga 2 Jam
Sudut Yoyogi Park, Tokyo menjadi tempat menarik bagi pengunjung Indonesia yang datang mencicipi rendang hasil kegiatan Marandang Dunia diikuti oleh Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM). Antrean panjang pengunjung mulai terbentuk sejak siang hari dan terus bertambah hingga sore hari. Sejumlah pengunjung, baik masyarakat Indonesia di Jepang maupun warga lokal, rela menunggu hingga 2 jam hanya untuk mendapatkan seporsi rendang yang dimasak langsung di lokasi acara.
Proses memasak berlangsung lebih dari delapan jam dan menggunakan satu kuali raksasa. Aroma santan dan rempah tradisional Minang itu langsung menyebar dan menarik perhatian pengunjung festival. Ketua Umum IKM Andre Rosiade mengatakan antusiasme pengunjung menjadi bukti bahwa rendang memang pantas disebut salah satu makanan terenak di dunia.
Kegiatan Marandang Dunia bukan hanya soal memasak, tapi juga bentuk promosi budaya dan diplomasi kuliner Indonesia. Melalui rendang, kita memperkenalkan Indonesia dengan cara yang paling hangat dan universal: lewat makanan. Ini juga ajang kebersamaan bagi masyarakat Indonesia di perantauan. Kegiatan ini berhasil mencatatkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai "Masak Rendang Terbanyak di Luar Negeri."
Pengunjung asal Jepang yang mencicipi rendang untuk pertama kalinya tampak terkesan dengan cita rasa kuliner Minang tersebut. Rendang disajikan langsung oleh panitia di bawah tenda bertuliskan Pesona Minang: Minang Japang Baralek Gadang. Setiap porsi disajikan bersama nasi hangat dan sambal lado hijau, membuat suasana semakin meriah di tengah udara dingin Tokyo.
Festival 2 hari itu menjadi ajang unjuk kebanggaan budaya dan kuliner Indonesia di Jepang. Selain rendang, pengunjung juga menikmati pertunjukan tari tradisional Minang, fashion show busana adat, dan aneka jajanan nusantara yang disiapkan komunitas Indonesia di Tokyo.
Sudut Yoyogi Park, Tokyo menjadi tempat menarik bagi pengunjung Indonesia yang datang mencicipi rendang hasil kegiatan Marandang Dunia diikuti oleh Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM). Antrean panjang pengunjung mulai terbentuk sejak siang hari dan terus bertambah hingga sore hari. Sejumlah pengunjung, baik masyarakat Indonesia di Jepang maupun warga lokal, rela menunggu hingga 2 jam hanya untuk mendapatkan seporsi rendang yang dimasak langsung di lokasi acara.
Proses memasak berlangsung lebih dari delapan jam dan menggunakan satu kuali raksasa. Aroma santan dan rempah tradisional Minang itu langsung menyebar dan menarik perhatian pengunjung festival. Ketua Umum IKM Andre Rosiade mengatakan antusiasme pengunjung menjadi bukti bahwa rendang memang pantas disebut salah satu makanan terenak di dunia.
Kegiatan Marandang Dunia bukan hanya soal memasak, tapi juga bentuk promosi budaya dan diplomasi kuliner Indonesia. Melalui rendang, kita memperkenalkan Indonesia dengan cara yang paling hangat dan universal: lewat makanan. Ini juga ajang kebersamaan bagi masyarakat Indonesia di perantauan. Kegiatan ini berhasil mencatatkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai "Masak Rendang Terbanyak di Luar Negeri."
Pengunjung asal Jepang yang mencicipi rendang untuk pertama kalinya tampak terkesan dengan cita rasa kuliner Minang tersebut. Rendang disajikan langsung oleh panitia di bawah tenda bertuliskan Pesona Minang: Minang Japang Baralek Gadang. Setiap porsi disajikan bersama nasi hangat dan sambal lado hijau, membuat suasana semakin meriah di tengah udara dingin Tokyo.
Festival 2 hari itu menjadi ajang unjuk kebanggaan budaya dan kuliner Indonesia di Jepang. Selain rendang, pengunjung juga menikmati pertunjukan tari tradisional Minang, fashion show busana adat, dan aneka jajanan nusantara yang disiapkan komunitas Indonesia di Tokyo.