Angka Nikah Dini Turun, Bupati Trenggalek Ungkap Peran Penting Desa

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Trenggalek telah melakukan upaya untuk mencegah angka perkawinan anak. Program Desa Nol Perkawinan Anak yang diluncurkan pada 2021 bertujuan untuk mengurangi jumlah perkawinan anak di bawah usia 19 tahun. Hasilnya, selama lima tahun terakhir, jumlah perkawinan anak tersebut telah menurun secara signifikan.

Menurut Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, komitmen dari masing-masing instansi, termasuk kepala desa, memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan program ini. Formulir N1 yang digunakan untuk mengurus perkawinan hanya dikeluarkan oleh desa jika calon pengantin dinyatakan telah dewasa atau siap berumah tangga.

Dengan melibatkan desa, pihaknya berharap dapat meningkatkan efektivitas program ini. "Tanda tangan kepala desa itu penting, sebab formulir N1 yang menjadi syarat pernikahan tercatat di Pengadilan Agama," kata Bupati Nur Arifin.

Dijelaskan, upaya menekan angka perkawinan anak dinilai sangat penting karena pernikahan tidak hanya menyatukan dua mempelai, tetapi juga menyangkut kemandirian dan kelangsungan rumah tangga hingga anak dan keturunannya. Pihaknya berharap dengan menikah di usia yang telah matang dapat meminimalisir terjadinya keretakan rumah tangga, penelantaran anak, atau memperpanjang garis kemiskinan.

Meski demikian, Bupati Nur Arifin mengakui bahwa hingga kini masih ditemukan kasus perkawinan anak. Kondisi ini lebih diakibatkan oleh pergaulan bebas hingga hamil di luar nikah. "Hambatan terbesar masih terkait married by accident yang terjadi akibat kurangnya pengawasan terhadap anak," imbuhnya.

Pihaknya berharap ke depan, seluruh elemen masyarakat di Trenggalek memberikan dukungan penuh terhadap upaya menekan perkawinan anak.
 
Gw penasaran banget kenapa hingga sekarang masih ada kasus perkawinan anak di Trenggalek πŸ€”. Mungkin perlu dibuat kampanye atau edukasi lebih lanjut tentang pentingnya tidak terlambat menikah, ya 😊. Bupati Nur Arifin bilang hambatan utama masih terkait married by accident, tapi apa sih yang bisa dilakukan agar kalau aku nggak sengaja ngewowes dengan perempuan aku tahu aku harus cepat aja ngubekin formulir N1? πŸ€·β€β™‚οΈ
 
aku pikir program ini penting banget, tapi kalau mau tahu jawabannya di daerahku sendiri masih banyak yang tidak peduli dengan hal ini πŸ€”. aku lihat ada beberapa kejadian di desa ku di mana mereka sudah pernah dipanggil karena memiliki anak di bawah umur yang perlu menunggu sampai usia 19 tahun sebelum bisa dinikahkan πŸ™…β€β™‚οΈ. tapi secara keseluruhan, program ini pasti bagus untuk mengurangi angka perkawinan anak, kita harus lebih berhati-hati dengan hal ini dan tidak biarkan anak-anak kita terjebak dalam kehidupan yang tidak sebaiknya πŸ€—.

aku harap pihak sekolah dan keluarga bisa bekerja sama dengan program ini agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan, dan semua desa di Trenggalek harus memberikan dukungan yang lebih banyak lagi untuk program ini πŸ™.
 
"Aku rasa kalau kita harus melihat hal ini dari sudut pandang yang lebih luas, bukan hanya fokus pada program desa aja. Nah, kayaknya kita butuh pendidikan dan kesadaran masyarakat yang lebih dalam, biar semua orang bisa paham pentingnya kesehatan mental dan fisik anak kecil. Jadi, kita harus terus berusaha agar tidak ada lagi anak di Trenggalek yang mengalami keretakan rumah tangga atau penelantaran."
 
Gue tahu kalo program Desa Nol Perkawinan Anak udah sukses bikin angka perkawinan anak jadi lebih rendah di Trenggalek, tapi gue masih ragu2 apakah program ini bisa bertahan panjang. Bisa kayaknya, kalau desa-desa di Indonesia mulai ikut terlibat dan memberikan dukungan penuh, maka program ini bisa jadi lebih efektif.

Gue juga pikir, formulir N1 yang digunakan sekarang udah cukup kompleks, tapi apa salahnya kalau ada perubahan lagi? Misalnya, bikin lebih mudah bagi kepala desa untuk mengisi formulir itu, atau buat sistem online untuk mengurus perkawinan. Dengan demikian, program ini bisa jadi lebih efisien dan efektif dalam mencegah perkawinan anak.

Tapi, yang penting juga sih kalau kita semua berikan dukungan penuh terhadap upaya ini. Kita harus bersatu untuk mencegah perkawinan anak, karena itu sangat penting buat kelangsungan hidup anak dan generasi ke depan.
 
Aku rasa program Desa Nol Perkawinan Anak itu udah jalan terang kok, tapi aku masih khawatir kalau ada kalinya anak-anak di Trenggalek masih coba ngikuti jejak yang salah πŸ€”. Mungkin karena pengawasan terlalu lemah atau kadang-kadang orang tua malas juga membiarkan anaknya melakukan hal yang tidak tepat. Aku harap pemerintah Trenggalek bisa terus mendukung dan memberikan bantuan yang cukup untuk desa-desa di daerah tersebut, sehingga mereka bisa fokus pada mewujudkan program ini dengan baik πŸ’ͺ
 
πŸ€” toh aku pikir ini program yang agak susah dilaksanakan. kalo punya formulir N1 di desa aja, tapi kayaknya masih ada kelemahan, apa kalau anak mau berumah tangga tapi kepala desa refusenya? atau apakah kalau orang tua tidak mau memberikan tanda tangan. tapi aku rasa program ini bagus, karena jika kita bisa menghambat perkawinan anak, maka kita bisa melindungi anak dari segala hal yang buruk yang akan terjadi setelah mereka menikah. sayangnya masih banyak kasus seperti ini di Trenggalek, tapi kalau semua desa ikut ke dalam program ini, aku yakin kita bisa mencapai tujuan ini πŸ™
 
Kalau nanti dia yang belum dewasa punya pacar dan mau nikah, apa yang akan dialami? πŸ€” Mereka harus berisik apa aja? Kita harus membuat hukum yang lebih ketat lagi, tapi kenapa kita tidak bikin hukuman yang lebih keras untuk orang tua yang memungkinkan anak mereka nikah? πŸ˜•
 
Program Desa Nol Perkawinan Anak itu keren banget! Semoga program ini bisa jadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia untuk mencegah perkawinan anak. Saya senang melihat Bupati Trenggalek dan kepala desa di daerahnya berdedikasi untuk mewujudkan program ini, tapi pasti masih banyak yang harus dilakukan. Kita semua perlu bisa mengerti pentingnya pencegahan perkawinan anak, bukan cuma soal kesejahteraan calon pengantin, tapi juga tentang masa depan anak dan keluarganya πŸ€πŸ’•
 
Kira-kira apa yang mau dilakukan pemerintah trenggalek sekarang? Mereka hanya ingin mengatur aturan saja, tapi tidak tahu bagaimana memastikan bahwa hal yang mereka buat benar-benar efektif. Kalau perlu, orang-orang di Trenggalek pasti akan mencari cara untuk melanggar aturan, kan? Dan apa dengan istilah "married by accident"? Apa sebenarnya yang terjadi di situasi seperti itu? Mungkin ada sesuatu yang tidak terduga, tapi bukan berarti kita harus menolak gagasan ini. Tapi, mungkin kita perlu mempertimbangkan beberapa hal lagi... πŸ€”
 
Apa sih dengan program ini? Semua baik-baik saja, tapi kayaknya harus ada konfirmasi dulu sebelum ada niat untuk nikah, biar gak salah siapa dan tidak sampai keadaan parah πŸ€”. Saya pikir formulir N1 itu penting banget, tapi nggak enough bawa juga orang tua atau orang tua calon pengantin diberikan kesempatan untuk memberi saran ya...
 
Aku rasa program Desa Nol Perkawinan Anak ini lumayan keren, tapi aku masih ragu nih... aku ingat saat aku kecil, pengadilan agama tidak pernah memanggil aku dan ibuku untuk membicarakan hal-hal penting seperti ini. Sekarang ini, setiap hari punya acara atau program yang banya-banya, kayaknya kurang santai lagi... Aku pikir lebih baik jika kita fokus pada masalah-masalah lain, seperti biaya hidup yang naik dan kesempatan kerja yang terbatas. Tapi, aku tahu bahwa perkawinan anak bukan hal yang bisa dihindari, jadi aku doang berharap program ini berhasil...
 
Aku pikir cara ini tidak sempurna banget! Apalagi kayakanya kalau kepala desa harus tanda tangan formulir N1? Aku rasa itu membuat prosesnya lebih lambat dan kurang efisien. Nah, aku juga punya ide untuk mengganti dengan sistem yang lebih modern, seperti aplikasi online. Dengan begitu, masyarakat dapat melaporkan calon pengantin secara langsung dan cepat. Jadi, tidak perlu lagi kepala desa yang harus tanda tangan formulir tersebut. Kita juga bisa menambahkan fitur untuk memeriksa ketersediaan identitas pasangan dan memastikan bahwa mereka sudah dewasa. Itu akan membuat program ini lebih efektif dan mudah di implementasikan πŸ€”πŸ’‘
 
Gue rasa program ini benar-benar penting banget! Jika kita bisa melawan angka perkawinan anak, itu berarti kita juga bisa mengurangi angka penelantaran anak dan meminimalisir keretakan rumah tangga. Gue suka aja kalau kepala desa di setiap desa yang berpartisipasi dalam program ini bisa menangani hal ini dengan lebih serius, misalnya dengan mengajukan pendidikan kesehatan dan hukum kepada masyarakat lokal 😊
 
Maksud kan, program ini itu seperti halnya ibu kita yang selalu mengajarkan kita untuk berhati-hati dan tidak terburu-buru, tapi sekarang mereka punya program untuk melakukannya. Kalau 5 tahun yang lalu masih banyak anak yang dipaksa untuk menikah, kini sudah ada penurunan yang signifikan πŸ™. Tapi, apa kata kita kalau masih ada yang gagal? Misalnya si kecil itu berpikir bahwa cinta itu seperti sekedar mainan aja, tidak peduli apa yang orang tua bilang. Jadi, program ini itu penting banget untuk mengajarkan anak-anak tentang pernikahan dan tanggung jawab, tapi kita juga harus terus berusaha agar tidak ada lagi kasus perkawinan anak yang tidak diinginkan πŸ˜”.
 
Jangan terburu-buru ya! Perkawinan anak itu gampang banget masuk ke dalam rumah tangga, tapi hasilnya buat siapa aja? πŸ€• Kita harus lebih teliti dan jujur dulu dengan diri kita sendiri sebelum memutuskan untuk menikah. Kondisi di Trenggalek masih belum optimal, tapi aku rasa pihak pemerintah itu benar-benar berusaha untuk mencegah hal ini terjadi. Masing-masing kita harus bertanggung jawab dan memberikan dukungan yang baik kepada mereka yang baru saja menikah.

Aku pikir perlu ada kampanye pendidikan yang lebih intensif tentang pentingnya menikah di usia yang tepat, sehingga kita semua bisa memahami bahwa perkawinan anak tidak hanya menyatukan dua orang, tapi juga mempengaruhi masa depan mereka dan keluarga.

Kita harus sabar dan bersabar ya, karena hal ini bukanlah masalah satu-satunya yang perlu diatasi. Aku yakin Trenggalek bisa melakukannya!
 
ini kabar baik banget! pemerintah Trenggalek udah bisa menghasilkan perubahan positif pada angka perkawinan anak di daerahnya 🀩. program Desa Nol Perkawinan Anak ini benar-benar membantu mengurangi jumlah perkawinan anak di bawah usia 19 tahun, yaitu menurun secara signifikan dalam 5 tahun terakhir! itu bukan mainan, kan? 🀯

saya rasa pemerintah Trenggalek benar-benar berkomitmen untuk mewujudkan program ini dan telah melibatkan desa sebagai bagian dari upaya tersebut. formulir N1 yang digunakan untuk mengurus perkawinan hanya dikeluarkan oleh desa jika calon pengantin dinyatakan telah dewasa atau siap berumah tangga, itu ide yang sangat pintar! πŸ€“

tapi, masih ada kasus perkawinan anak yang terjadi di daerah Trenggalek, dan itu memang buat khawatir. tapi saya rasa pemerintahnya benar-benar berharap seluruh elemen masyarakat di Trenggalek memberikan dukungan penuh terhadap upaya menekan perkawinan anak 🀝.

saya harap program ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain dan membantu mengurangi angka perkawinan anak secara nasional! 🌈
 
Gue pikir kalau pemerintah Trenggalek ini benar-benar sukses dengn program Desa Nol Perkawinan Anak ya... yang hasilnya jadi angka yang rendah tapi masih ada kasus-kasus perkawinan anak, itu nggak bisa dipungut sih... mungkin karena orang-orang di sini masih punya hal yang sama, yaitu kesalahpahaman dan tidak tahu bagaimana cara meluruskan pernikahan yang sudah terjadi. Formulir N1 jadi penting banget, tapi nggak bisa dipungut sih kalau orangnya tidak mau mengisinya... kayaknya pemerintah Trenggalek ini harus fokus lebih pada hal ini dan minta dukungan dari masyarakat supaya programnya terus berjalan lancar... πŸ€”
 
Gue pikir program ini lumayan banget, tapi gue masih ragu bagaimana cara memastikin tidak ada lagi kasus perkawinan anak. Mungkin perlu dilakukan pendidikan dan kesadaran lebih dalam masyarakat tentang pentingnya mempertahankan usia yang sudah dewasa saat menikah. Juga, perlu dilakukan peningkatan kemampuan kepala desa agar mereka bisa memastikan formulir N1 diisi dengan benar.
 
Aku pikir program ini kayaknya cukup baik, tapi kenapa harus ngeliatin kepala desa? Kalau tidak ada kerumunan, aku rasa masih banyak yang bisa dilakukan. Tapi aku senang melihat bahwa pernikahan di bawah usia 19 tahun sudah menurun drastis. Itu kayaknya bukti bahwa program ini bekerja 😊. Tapi, kenapa masih ada kasus perkawinan anak? Sepertinya masih banyak yang belom paham tentang konsekuensi perkawinan di bawah umur. Mungkin kalau ada pendidikan yang lebih baik tentang hal ini, maka program ini bisa menjadi lebih efektif πŸ€”.
 
kembali
Top