Prajogo Pangestu dan Happy Hapsoro Kompak Ambruk, IHSG Terkoreksi
Saham-saham emiten yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu dan Happy Hapsoro kompak ambruk pada perdagangan sesi pertama Senin (27/10/2025). Ini membuat IHSG terkoreksi dalam. Saham-saham milik Prajogo dianggap sebagai penopang IHSG dalam beberapa tahun terakhir, bahkan saat saham blue chip dan sektor perbankan ditinggal investor.
Saham Grup Barito kompak turun dalam, dengan hanya saham Chandra Asri Pacific (TPIA) yang mengalami koreksi paling tipis. Kemudian ada saham Barito Pacific (BRPT) dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) yang pada titik terendah hari ini nyaris menyentuh batas auto rejection berawah (ARB). Kedua saham tersebut berhasil memangkas koreksi namun masih turun dua digit.
Sementara itu, saham Chandra Daya Investasi (CDIA), Petrosea (PTRO) dan Barito Renewables Energy (BREN) juga menyentuh ARB, namun mampu memangkas koreksi meskipun tetap mencatatkan koreksi dalam. Saham Rukun Raharja (RAJA) dan Raharja Energi Cepu (RATU) milik suami dari ketua DPR RI Puan Maharani juga turun.
Analisis saham Prajogo ambruk seiring dengan muncul isu perubahan perhitungan MSCI dan kabarnya akan membuat saham Prajogo terdepak. Namun, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menyatakan bahwa investor masih panik menjual sehingga memicu turunnya IHSG.
Sementara itu, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan bahwa saham konglomerat semakin ditinggalkan, sedangkan yang lain hanya ikut terseret. Penurunan ini sangat besar dan cepat, mengejutkan karena baru ATH dan sentimen risk on yang kuat di regional maupun global.
Lukman memperkirakan ada kemungkinan besar investor shifting ke indeks regional lainnya. "Tidak sepenuhnya lari, hanya keluar dari saham-saham konglomerat. Ekspektasi meredanya tensi dagang China-AS bisa meredam saham spekulatif dan mendukung saham-saham bluechip yang memiliki fundamental yang jauh lebih baik," katanya.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa investor saham telah beralih dari sebelumnya mengakumulasi saham-saham emiten konglomerat ke saham-saham perusahaan yang berkinerja baik atau saham blue chip.
Saham-saham emiten yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu dan Happy Hapsoro kompak ambruk pada perdagangan sesi pertama Senin (27/10/2025). Ini membuat IHSG terkoreksi dalam. Saham-saham milik Prajogo dianggap sebagai penopang IHSG dalam beberapa tahun terakhir, bahkan saat saham blue chip dan sektor perbankan ditinggal investor.
Saham Grup Barito kompak turun dalam, dengan hanya saham Chandra Asri Pacific (TPIA) yang mengalami koreksi paling tipis. Kemudian ada saham Barito Pacific (BRPT) dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) yang pada titik terendah hari ini nyaris menyentuh batas auto rejection berawah (ARB). Kedua saham tersebut berhasil memangkas koreksi namun masih turun dua digit.
Sementara itu, saham Chandra Daya Investasi (CDIA), Petrosea (PTRO) dan Barito Renewables Energy (BREN) juga menyentuh ARB, namun mampu memangkas koreksi meskipun tetap mencatatkan koreksi dalam. Saham Rukun Raharja (RAJA) dan Raharja Energi Cepu (RATU) milik suami dari ketua DPR RI Puan Maharani juga turun.
Analisis saham Prajogo ambruk seiring dengan muncul isu perubahan perhitungan MSCI dan kabarnya akan membuat saham Prajogo terdepak. Namun, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menyatakan bahwa investor masih panik menjual sehingga memicu turunnya IHSG.
Sementara itu, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan bahwa saham konglomerat semakin ditinggalkan, sedangkan yang lain hanya ikut terseret. Penurunan ini sangat besar dan cepat, mengejutkan karena baru ATH dan sentimen risk on yang kuat di regional maupun global.
Lukman memperkirakan ada kemungkinan besar investor shifting ke indeks regional lainnya. "Tidak sepenuhnya lari, hanya keluar dari saham-saham konglomerat. Ekspektasi meredanya tensi dagang China-AS bisa meredam saham spekulatif dan mendukung saham-saham bluechip yang memiliki fundamental yang jauh lebih baik," katanya.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa investor saham telah beralih dari sebelumnya mengakumulasi saham-saham emiten konglomerat ke saham-saham perusahaan yang berkinerja baik atau saham blue chip.