Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis di Banjar Kalsel Terus Mengalir, Jumlah Korban Meningkat
Dalam beberapa hari terakhir, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, menjadi fokus perhatian masyarakat dan media akibat kasus keracunan makan bergizi gratis (MBG) yang menargetkan anak-anak usia dini. Sampah MSW yang tidak dibawa pulang oleh warga kelas rendah di kampung Batu Air, Banjar, mengalir ke Sungai Lematang dan menyebabkan banyak anak-anak terkena racun.
Menurut informasi yang diterima detikKalimantan, total korban kasus MBG ini mencapai 75 orang, termasuk kepala sekolah. Seluruh korban masih dalam kondisi sadar dan bisa diajak berkomunikasi.
Pada awalnya, jumlah korban hanya 20-40 orang, namun sekarang meningkat menjadi 75 orang. Pemerintah Daerah (Pemda) setempat telah menambah kapasitas tempat rawat inap (TRI) dan tenaga medis untuk menghadapi jumlah korban yang meningkat.
Kapolres Banjar AKBP Fadli menegaskan bahwa meningkatnya jumlah korban terjadi pada malam hari. "Pemda sudah menambahkan tempat tidur dan tenaga medis dari Puskesmas atas perintah Bupati," katanya.
Selain pelajar, kepala sekolah juga menjadi korban MBG. Salah satunya adalah Kepala Sekolah IT Assalam yang terkena racun pada saat makan bergizi gratis. Komandan Kodim (Dandim) 1006 Banjar, Letkol Inf Bambang Prasetyo Prabujaya, menyebutkan bahwa terakhir termasuk Kepsek IT Assalam kena juga dirawat di dalam.
Kasus MBG ini menyoroti kekurangan sistem pemerintahan desa dan penanganan sampah yang tidak optimal. Pengelolaan sampah yang tidak tepat dapat menyebabkan bencana lingkungan dan bahaya bagi masyarakat, terutama anak-anak usia dini yang lebih rentan.
Dalam beberapa hari terakhir, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, menjadi fokus perhatian masyarakat dan media akibat kasus keracunan makan bergizi gratis (MBG) yang menargetkan anak-anak usia dini. Sampah MSW yang tidak dibawa pulang oleh warga kelas rendah di kampung Batu Air, Banjar, mengalir ke Sungai Lematang dan menyebabkan banyak anak-anak terkena racun.
Menurut informasi yang diterima detikKalimantan, total korban kasus MBG ini mencapai 75 orang, termasuk kepala sekolah. Seluruh korban masih dalam kondisi sadar dan bisa diajak berkomunikasi.
Pada awalnya, jumlah korban hanya 20-40 orang, namun sekarang meningkat menjadi 75 orang. Pemerintah Daerah (Pemda) setempat telah menambah kapasitas tempat rawat inap (TRI) dan tenaga medis untuk menghadapi jumlah korban yang meningkat.
Kapolres Banjar AKBP Fadli menegaskan bahwa meningkatnya jumlah korban terjadi pada malam hari. "Pemda sudah menambahkan tempat tidur dan tenaga medis dari Puskesmas atas perintah Bupati," katanya.
Selain pelajar, kepala sekolah juga menjadi korban MBG. Salah satunya adalah Kepala Sekolah IT Assalam yang terkena racun pada saat makan bergizi gratis. Komandan Kodim (Dandim) 1006 Banjar, Letkol Inf Bambang Prasetyo Prabujaya, menyebutkan bahwa terakhir termasuk Kepsek IT Assalam kena juga dirawat di dalam.
Kasus MBG ini menyoroti kekurangan sistem pemerintahan desa dan penanganan sampah yang tidak optimal. Pengelolaan sampah yang tidak tepat dapat menyebabkan bencana lingkungan dan bahaya bagi masyarakat, terutama anak-anak usia dini yang lebih rentan.