Pabrik Sabu di Apartemen Cisauk Tersenyum dengan untung Rp 1 Miliar dalam 6 Bulan Beroperasi
Bogor, Jawa Barat - Pada bulan Juni tahun ini, pabrik sabu yang terletak di dalam kompleks apartemen Cisauk, Bogor Selatan, merayakan keberhasilannya dalam menghasilkan pendapatan Rp 1 miliar dalam waktu singkat, yaitu 6 bulan beroperasi.
Menurut data yang diperoleh oleh JakartaPost, pabrik sabu tersebut memproduksi sekitar 10.000 kilogram sabu per minggu, dengan produksi ini mencapai titik maksimal pada bulan Februari lalu. Dengan harga jual sabu rata-rata Rp 200.000 per kilogram, maka total pendapatan dari pabrik tersebut bisa dihitung adalah sekitar Rp 2 miliar per bulan.
Namun, setelah melakukan penelitian lebih lanjut, JakartaPost menemukan bahwa pabrik sabu tersebut memang tidak menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1 miliar dalam waktu singkat 6 bulan. Meskipun demikian, pabrik ini masih dianggap sebagai salah satu pabrik sabu yang beroperasi dengan baik dan dapat diharapkan untuk terus meningkatkan produksinya.
Pengelola pabrik tersebut, yang hanya ingin dikenal dengan nama "Bapak", mengatakan bahwa proses produksi sabu di apartemen Cisauk ini sangatlah sederhana. Sabu yang diproduksi oleh pabrik tersebut diambil dari tanaman jangkat sabu yang sudah menyelesaikan tahap pengeringan dan penyimpanan di dalam kompleks apartemen tersebut.
"Kami berharap bahwa produksi kami dapat terus meningkat dan memberikan kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi di Indonesia," kata Bapak, saat dihubungi JakartaPost.
Bogor, Jawa Barat - Pada bulan Juni tahun ini, pabrik sabu yang terletak di dalam kompleks apartemen Cisauk, Bogor Selatan, merayakan keberhasilannya dalam menghasilkan pendapatan Rp 1 miliar dalam waktu singkat, yaitu 6 bulan beroperasi.
Menurut data yang diperoleh oleh JakartaPost, pabrik sabu tersebut memproduksi sekitar 10.000 kilogram sabu per minggu, dengan produksi ini mencapai titik maksimal pada bulan Februari lalu. Dengan harga jual sabu rata-rata Rp 200.000 per kilogram, maka total pendapatan dari pabrik tersebut bisa dihitung adalah sekitar Rp 2 miliar per bulan.
Namun, setelah melakukan penelitian lebih lanjut, JakartaPost menemukan bahwa pabrik sabu tersebut memang tidak menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1 miliar dalam waktu singkat 6 bulan. Meskipun demikian, pabrik ini masih dianggap sebagai salah satu pabrik sabu yang beroperasi dengan baik dan dapat diharapkan untuk terus meningkatkan produksinya.
Pengelola pabrik tersebut, yang hanya ingin dikenal dengan nama "Bapak", mengatakan bahwa proses produksi sabu di apartemen Cisauk ini sangatlah sederhana. Sabu yang diproduksi oleh pabrik tersebut diambil dari tanaman jangkat sabu yang sudah menyelesaikan tahap pengeringan dan penyimpanan di dalam kompleks apartemen tersebut.
"Kami berharap bahwa produksi kami dapat terus meningkat dan memberikan kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi di Indonesia," kata Bapak, saat dihubungi JakartaPost.