Kerusuhan Makanan Bergizi Gratis di SMPN 1 Wedi, Klaten: 35 Siswa Dibawa ke Puskesmas
Sebuah kasus yang menggelapkan hati orang tua dan masyarakat lokal di Klaten, Jawa Tengah. Sebanyak 35 siswa dari SMPN 1 Wedi yang diduga terkena keracunan makanan Makan Bergizi Gratis (MBG) dibawa ke Puskesmas untuk ditangani.
Saat ini, jumlah korban yang masih berada di Puskesmas meningkat sejak Rabu kemarin. Siswa-siswa tersebut diperkirakan mengalami gejala keracunan makanan setelah memakan MBG shift pagi hari Rabu, kemudian sif siang.
Dua perempuan dan satu pria yang terkena keracunan dibawa ambulans ke Puskesmas. Siswa tersebut dinyatakan dirujuk ke Rumah Sakit Bagas Waras (RS) dan dipasang oksigen. Satu siswa laki-laki langsung dinaikkan ambulans lagi untuk dibawa ke RS.
Saat ini, jumlah relawan dan personel BPBD Kabupaten Klaten bertambah untuk membantu menangani situasi. Tim TRC BPBD Klaten, TNI, Polri juga hilir mudik bersama relawan membawa pasien ke RS atau kembali ke sekolah.
" Sampai di RS kondisinya membaik dan hanya satu yang masih muntah. Sudah ditangani dengan baik di RS," ungkap Sri Harjono, personil TRC BPBD Kabupaten Klaten.
Selain SMPN 1 Wedi, ada juga siswa dari sekolah swasta yang diperkirakan terkena keracunan MBG dan dievakuasi ke Puskesmas Wedi. Salah satu di antaranya adalah seorang siswi kelas 6 SDIT Bahrul Ulum Desa Kadibolo, Kecamatan Wedi, Klaten.
Gejala yang diderita anak tersebut baru muncul sekitar pukul 02.00 WIB dan saat ini kondisinya sudah membaik. Ibunya mengatakan bahwa gejala yang dideritanya adalah diare, pusing dan perutnya sakit.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Klaten, dr Anggit Budiarto, menjelaskan bahwa pembelajaran di SMPN 1 Wedi terdiri dari dua sif, pagi atau siang. Adapun yang mengalami gejala keracunan makanan MBG adalah rombongan belajar siswa sif pagi.
Dengan adanya kejadian ini, dinas kesehatan sejak awal sudah melakukan berbagai langkah untuk menyukseskan program MBG. Di antaranya dengan melakukan pembekalan hingga pengecekan standar prosedur (SOP) yang dilakukan sesuai ketentuan.
Jadi, bukannya ada kesan bahwa pihak dinas kesehatan tidak siap sebelum kejadian ini, tapi memang menunjukkan bahwa mereka sudah melakukan langkah-langkah yang tepat sejak awal.
Sebuah kasus yang menggelapkan hati orang tua dan masyarakat lokal di Klaten, Jawa Tengah. Sebanyak 35 siswa dari SMPN 1 Wedi yang diduga terkena keracunan makanan Makan Bergizi Gratis (MBG) dibawa ke Puskesmas untuk ditangani.
Saat ini, jumlah korban yang masih berada di Puskesmas meningkat sejak Rabu kemarin. Siswa-siswa tersebut diperkirakan mengalami gejala keracunan makanan setelah memakan MBG shift pagi hari Rabu, kemudian sif siang.
Dua perempuan dan satu pria yang terkena keracunan dibawa ambulans ke Puskesmas. Siswa tersebut dinyatakan dirujuk ke Rumah Sakit Bagas Waras (RS) dan dipasang oksigen. Satu siswa laki-laki langsung dinaikkan ambulans lagi untuk dibawa ke RS.
Saat ini, jumlah relawan dan personel BPBD Kabupaten Klaten bertambah untuk membantu menangani situasi. Tim TRC BPBD Klaten, TNI, Polri juga hilir mudik bersama relawan membawa pasien ke RS atau kembali ke sekolah.
" Sampai di RS kondisinya membaik dan hanya satu yang masih muntah. Sudah ditangani dengan baik di RS," ungkap Sri Harjono, personil TRC BPBD Kabupaten Klaten.
Selain SMPN 1 Wedi, ada juga siswa dari sekolah swasta yang diperkirakan terkena keracunan MBG dan dievakuasi ke Puskesmas Wedi. Salah satu di antaranya adalah seorang siswi kelas 6 SDIT Bahrul Ulum Desa Kadibolo, Kecamatan Wedi, Klaten.
Gejala yang diderita anak tersebut baru muncul sekitar pukul 02.00 WIB dan saat ini kondisinya sudah membaik. Ibunya mengatakan bahwa gejala yang dideritanya adalah diare, pusing dan perutnya sakit.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Klaten, dr Anggit Budiarto, menjelaskan bahwa pembelajaran di SMPN 1 Wedi terdiri dari dua sif, pagi atau siang. Adapun yang mengalami gejala keracunan makanan MBG adalah rombongan belajar siswa sif pagi.
Dengan adanya kejadian ini, dinas kesehatan sejak awal sudah melakukan berbagai langkah untuk menyukseskan program MBG. Di antaranya dengan melakukan pembekalan hingga pengecekan standar prosedur (SOP) yang dilakukan sesuai ketentuan.
Jadi, bukannya ada kesan bahwa pihak dinas kesehatan tidak siap sebelum kejadian ini, tapi memang menunjukkan bahwa mereka sudah melakukan langkah-langkah yang tepat sejak awal.