Arus Ekspor Indonesia Melewati Transformasi Struktur Baru
Dalam satu tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto, arah perdagangan luar negeri Indonesia memperlihatkan lanskap baru. Total ekspor nasional mencapai US$257,65 juta pada periode Oktober 2024 hingga Oktober 2025, dengan kontraksi tipis 9,78% secara tahunan (YoY). Namun di balik angka agregat itu, sejumlah komoditas melonjak tajam menunjukkan adanya transformasi struktur ekspor yang mulai menjangkau sektor bernilai tambah tinggi.
Fraksi padat minyak sawit (HS 15119041) adalah komoditas yang mencatat pertumbuhan hingga 3,08 miliar%, menandakan pergeseran dari ekspor bahan mentah tradisional ke bahan industri modern. Lithium karbonat (HS 28369100), selenium (HS 28049000), dan lithium oksida serta hidroksida (HS 28252000) juga banyak diekspor, menunjukkan posisi Indonesia mulai masuk dalam rantai pasok industri energi bersih dunia.
Sektor industri berat juga mencatat capaian penting. Ekspor komponen boiler (HS 84029010) meningkat pesat dengan tujuan utama ke Jepang, Filipina, dan Singapura, menunjukkan kemampuan manufaktur Indonesia untuk menghasilkan komponen berstandar tinggi di sektor energi dan pembangkit listrik. Selain itu, ekspor kapal tunda dan pendorong (HS 89040032) ke Singapura juga tumbuh signifikan, menandakan potensi industri maritim nasional semakin kuat di pasar ASEAN.
Pertumbuhan ekspor produk pulp kayu hasil proses mekanik dan kimia (HS 47050000) mencapai US$103,23 juta, dengan pertumbuhan lebih dari 242 juta%. Selain itu, Indonesia juga memperkuat posisi di segmen karet teknis (HS 40023910), produk halo-isobutana/isoprena rubber yang banyak diekspor ke Malaysia digunakan untuk industri otomotif.
Kenaikan signifikan juga datang dari komoditas kimia seperti garam anorganik dan peroksida (HS 28429090). Produk ini banyak diekspor ke Amerika Serikat, China, dan Korea Selatan, memperkuat peran Indonesia di rantai pasok industri kimia global.
Dalam satu tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto, arah perdagangan luar negeri Indonesia memperlihatkan lanskap baru. Total ekspor nasional mencapai US$257,65 juta pada periode Oktober 2024 hingga Oktober 2025, dengan kontraksi tipis 9,78% secara tahunan (YoY). Namun di balik angka agregat itu, sejumlah komoditas melonjak tajam menunjukkan adanya transformasi struktur ekspor yang mulai menjangkau sektor bernilai tambah tinggi.
Fraksi padat minyak sawit (HS 15119041) adalah komoditas yang mencatat pertumbuhan hingga 3,08 miliar%, menandakan pergeseran dari ekspor bahan mentah tradisional ke bahan industri modern. Lithium karbonat (HS 28369100), selenium (HS 28049000), dan lithium oksida serta hidroksida (HS 28252000) juga banyak diekspor, menunjukkan posisi Indonesia mulai masuk dalam rantai pasok industri energi bersih dunia.
Sektor industri berat juga mencatat capaian penting. Ekspor komponen boiler (HS 84029010) meningkat pesat dengan tujuan utama ke Jepang, Filipina, dan Singapura, menunjukkan kemampuan manufaktur Indonesia untuk menghasilkan komponen berstandar tinggi di sektor energi dan pembangkit listrik. Selain itu, ekspor kapal tunda dan pendorong (HS 89040032) ke Singapura juga tumbuh signifikan, menandakan potensi industri maritim nasional semakin kuat di pasar ASEAN.
Pertumbuhan ekspor produk pulp kayu hasil proses mekanik dan kimia (HS 47050000) mencapai US$103,23 juta, dengan pertumbuhan lebih dari 242 juta%. Selain itu, Indonesia juga memperkuat posisi di segmen karet teknis (HS 40023910), produk halo-isobutana/isoprena rubber yang banyak diekspor ke Malaysia digunakan untuk industri otomotif.
Kenaikan signifikan juga datang dari komoditas kimia seperti garam anorganik dan peroksida (HS 28429090). Produk ini banyak diekspor ke Amerika Serikat, China, dan Korea Selatan, memperkuat peran Indonesia di rantai pasok industri kimia global.